Dilanjutkan oleh pelemahan pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terpeleset 3,79%, dan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang terjatuh 3,36%.
Pada saham–saham unggulan LQ45 juga tercatat dalam tren negatif. Adapun saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) ambles mencapai 4,38%, disusul oleh saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) ambles 3,71%, dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) drop 3,48%.
Rupiah Kembali Melemah
Rupiah pada perdagangan siang hari ini kembali ke zona pelemahan, menyeret IHSG ke zona merah. Sentimen pasar global yang berbalik kurang menguntungkan pasar negara berkembang, jadi sebab.
Mengacu data Bloomberg, rupiah melemah 0,34% di pasar spot menyentuh Rp16.164/US$. Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, rupiah amat melemah mencapai Rp16.190/US$.
Kinerja rupiah yang melaju di tren negatif, terjadi ketika dolar AS bergerak stabil di level 98,02, setelah sebelumnya ditutup menguat 0,42%% point–to–point.
Sentimen global yang bernada negatif pasca data Inflasi Harga Produsen (PPI) AS tadi malam mengejutkan para pelaku pasar karena angkanya lebih tinggi ketimbang estimasi.
Jika nilai rupiah terjadi pelemahan pada perdagangan hari ini, support menarik dicermati pada level Rp16.200/US$ dan selanjutnya Rp16.240/US$ secara potensial menahan rupiah.
Data menunjukkan inflasi indeks harga produsen AS pada Juli naik tercepat dalam tiga tahun, mengindikasikan perusahaan mulai membebankan kenaikan biaya impor akibat tarif ke konsumen.
Menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) yang dirilis Kamis setempat, indeks PPI naik 0,9% dari bulan sebelumnya, kenaikan terbesar sejak inflasi konsumen mencapai puncaknya pada Juni 2022. PPI naik 3,3% dibanding tahun sebelumnya.
Tadinya, The Fed mendapati sinyal pemangkasan suku bunga acuan bulan depan. Namun, lonjakan inflasi produsen membuat sebagian pejabat Bank Sentral berhati–hati terhadap risiko kebangkitan inflasi.
Pernyataan terbaru pejabat The Fed juga mungkin akan membuat pasar berhitung ulang.
Gubernur Federal Reserve Bank of St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan masih terlalu dini baginya untuk memutuskan apakah akan mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan bulan depan.
“Bagi saya, terlalu dini untuk mengatakan secara pasti kebijakan apa yang akan saya dukung pada pertemuan September,” terang Musalem dalam interviu dengan CNBC, Kamis.
(fad)




























