Data inflasi AS tadi malam hampir semuanya sesuai ekspektasi pasar sehingga memperkuat skenario pemangkasan bunga acuan Federal Reserve pada pertemuan komite bulan depan. Meski kenaikan inflasi core CPI yang lebih tinggi ketimbang prediksi, akan tetapi kenaikannya tidak sebesar yang ditakutkan pasar sehingga respon para pedagang masih bullish.
Imbal hasil US Treasury, surat utang Pemerintah AS, turun terutama untuk tenor pendek mengisyaratkan optimisme akan laju dovish The Fed ke depan.
Hal itu memberi keuntungan pada aset-aset emerging market. Penurunan bunga acuan akan membawa pula penurunan tingkat imbal hasil investasi di negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia tersebut, sehingga dana global akan bergerak mencari yield lebih tinggi di emerging market, tak terkecuali di Indonesia.
Greget itu sudah mulai tampak baik di pasar ekuitas dan memperkuat pamor surat utang RI yang sudah melesat beberapa waktu belakangan.
Pada perdagangan sepekan ini, investor asing di bursa saham telah membukukan net buy senilai US$ 187,9 juta, sekitar Rp3,05 triliun dengan kurs terakhir.
Sedangkan di pasar surat utang negara, nilai net buy investor global telah mencapai US$ 132,4 juta, sekitar Rp2,15 triliun.
Lelang SUN yang digelar kemarin juga menunjukkan, 'pesta' belanja aset di Indonesia sepertinya dimulai.
Nilai incoming bids pada lelang SUN hari Selasa kemarin menembus rekor tertinggi sepanjang masa yakni mencapai Rp162,32 triliun, melonjak lebih dari 50% dibanding lelang sebelumnya.
Lonjakan minat yang luar biasa di pasar perdana SUN itu dipanaskan oleh rilis seri baru yaitu FR0109 bertenor 6 tahun dengan nilai incoming bids mencapai Rp88,06 triliun. Seri baru ini akan menggantikan FR0104 sebagai acuan tenor 5 tahun.
Sedangkan seri baru FR0108 bertenor 11 tahun, permintaannya turun dibanding lelang sebelumnya, dengan incoming bids Rp34,04 triliun.
Pemerintah akhirnya memutuskan penjualan senilai Rp32 triliun, lebih tinggi dibanding target indikatif Rp27 triliun dengan rasio bid-to-cover lebih tinggi mencapai 5,07 kali.
"Keputusan investor untuk lebih fokus pada seri FR0109 ketimbang FR0108 adalah langkah taktis untuk meminimalisasi risiko dari kejutan angka inflasi AS malam ini," kata tim riset Mega Capital Sekuritas, dalam catatannya Selasa malam sebelum data inflasi AS diumumkan.
Dorongan Bessent
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyarankan agar The Fed mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan yang lebih besar, yakni 50 basis poin, bulan depan, setelah melewatkan kesempatan untuk memangkas pada pertemuan terakhir.
“Hal yang perlu dipikirkan sekarang adalah apakah kita akan mendapatkan pemangkasan suku bunga 50 basis poin pada September,” kata Bessent dalam wawancara dengan Fox Business, Selasa kemarin, dilansir dari Bloomberg News.
Ia menyoroti bahwa dua hari setelah The Fed mempertahankan suku bunga pada 30 Juli, data revisi menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja pada Mei dan Juni lebih lemah dibanding angka resmi sebelumnya.
The Fed “bisa saja sudah memangkas pada Juni atau Juli” jika saat itu sudah memiliki data revisi tersebut, ujar Bessent. Pernyataan itu disampaikan hanya beberapa jam setelah rilis laporan inflasi terbaru, yang menurutnya menunjukkan para ekonom salah membaca dampak potensial tarif impor.
Data inflasi tersebut memperkuat ekspektasi bahwa The Fed dapat melangkah ke arah pemangkasan suku bunga tanpa memicu kembali tekanan harga. Meski inflasi inti meningkat ke level tertinggi sejak awal tahun, kenaikan harga barang yang moderat meredakan kekhawatiran bahwa biaya terkait perdagangan akan meluas menjadi tekanan harga secara umum.
“Inflasi memang naik, tapi tidak setinggi yang dikhawatirkan sebagian pihak,” kata Ellen Zentner dari Morgan Stanley Wealth Management. “Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan menyambut data ini karena memberi peluang bagi The Fed untuk fokus pada pelemahan pasar tenaga kerja dan tetap mempertahankan opsi pemangkasan suku bunga pada September.”
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah kembali melanjutkan tren penguatan hari ini ke level resistance terdekat pada level Rp16.250/US$. Lalu, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.200/US$ usai break trendline sebelumnya.
Teknikal rupiah juga memperlihatkan level Rp16.170/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah hari ini di dalam time frame daily, tren jangka pendek.
Selanjutnya nilai rupiah memiliki level support terdekat pada level Rp16.300/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengonfirmasi support selanjutnya pada level Rp16.350/US$ sebagai support psikologis juga Rp16.400/US$.
(rui)





























