Logo Bloomberg Technoz

Sebelum pengumuman Australia, Netanyahu menyebut rencana Canberra itu “memalukan.” Albanese menegaskan pada konferensi pers bahwa situasi di Gaza “telah melampaui kekhawatiran terburuk dunia,” dengan dampak yang menghantam warga sipil.

“Korban dari status quo terus bertambah setiap hari dan dapat diukur dari nyawa-nyawa tak bersalah,” ujarnya. “Dunia tidak bisa menunggu hingga keberhasilan terjamin. Itu hanya berarti menunggu hari yang tidak akan pernah datang.”

Pengumuman Australia muncul tak lama setelah Selandia Baru menyatakan sedang mempertimbangkan pengakuan negara Palestina, dengan keputusan resmi akan diambil pada September.

Saat ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menguasai sekitar 75% wilayah Gaza, memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi dan meninggalkan kota serta rumah mereka yang hancur.

Dalam konferensi pers akhir pekan, Netanyahu bersikeras bahwa Israel telah menggunakan kekuatan “secara bijak” dalam operasi militernya. “Mereka tahu apa yang akan dilakukan jika tepat di sebelah Melbourne atau Sydney terjadi serangan mengerikan seperti ini. Saya pikir kalian akan melakukan setidaknya seperti yang kami lakukan.”

“Pemerintah kami sudah menegaskan bahwa tidak boleh ada peran bagi teroris Hamas dalam negara Palestina di masa depan,” kata Albanese. “Ini adalah salah satu komitmen yang telah kami minta dan terima dari Presiden Abbas serta Otoritas Palestina.”

Meski militer Israel belum mengerahkan pasukan tambahan untuk operasi besar di Gaza, rencana itu sudah menuai kecaman dari berbagai negara yang geram atas krisis kelaparan di wilayah tersebut, setelah Israel memutus bantuan antara Maret dan Mei demi melemahkan Hamas. AS, sebaliknya, menyatakan siap mendukung sekutunya itu.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, yang mendampingi Albanese, mengatakan telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio “sebagai bentuk etika diplomatik” untuk memberitahukan rencana Australia.

“Kita memiliki kesempatan sebagai bangsa untuk mendorong momentum menuju solusi dua negara,” kata Albanese. “Itu satu-satunya prospek bagi perdamaian.”

(bbn)

No more pages