Sebelumnya, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah mengatakan, harga tanah yang mahal menjadi momok yang menyebabkan tinggi nya harga rumah.
Ia menyebut, harga rumah yang mahal bukan lantaran karena teknologi konstruksi, tetapi harga tanah yang sudah mulai tak masuk akal.
"Harga rumah itu bukan karena teknologi dan konstruksinya. Tapi karena harga tanah yang tidak masuk akal," katanya saat ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (7/8/2025).
"Artinya rumah itu mahal karena tanah, bukan karena bangunannya. Kira-kira begitu, logikanya begitu," tambahnya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu turun tangan untuk bisa memberikan insentif dan menekan tingginya harga tanah.
Kata Fahri, salah satu caranya adalah pemerintah mendorong menggunakan lahan milik negara dalam pembangunan rumah layak huni.
"Sekarang harga tanah tidak normal, kan Pak Nusron (Menteri ATR/BPN) juga bikin pengumuman kan tentang monopoli tanah dan sebagainya. Ini harus dinormalisasi kalau kita mau harga tanah menjadi layak," jelasnya.
Bank Indonesia (BI) mencatat penjualan rumah tipe besar dan menengah mengalami kontraksi. Secara keseluruhan, penjualan unit properti residensial di pasar primer tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,8% yoy, setelah tumbuh sebesar 0,73% yoy pada triwulan I-2025,” ungkap laporan BI.
Sementara itu, platfrom Rumah123 melaporkan permintaan rumah yang disewa hingga semester I tahun 2025 melonjak tajam daripada permintaan rumah yang dijual.
Head of Research Rumah123 Marisa Jaya mengatakan, permintaan rumah sewa melonjak hingga 65,5%. Sedangkan permintaan terhadap rumah yang dijual hanya tumbuh sekitar 13,8%.
Jika dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2024, tren permintaan rumah yang dijual tumbuh sekitar 15% dan rumah sewa meningkat hingga 57,9%.
(ell)































