Hanya saja, sumber tersebut enggan membeberkan potensi cadangan minyak yang bisa diangkut dari Natuna D-Alpha lantaran masih bersifat rahasia.
Rencanannya, calon wilayah kerja (WK) itu bakal masuk pada putaran lelang kedua tahun ini.
Akan tetapi, kepastian lelang untuk Natuna D-Alpha masih menunggu kejelasan konsorsium yang akan dibentuk Kufpec bersama dengan beberapa mitra potensial.
Sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang disebut akan merapat pada konsorsium gemuk itu di antaranya PT Pertamina Hulu Energi dan PT Medco energi Internasional Tbk (MEDC).
Dua KKKS lokal yang disebut terakhir memiliki portofolio migas berdekatan dengan lapangan Natuna D-Alpha saat ini, lepas pantai Natuna.
“Kalau Kufpec punya mitra mereka akan ikut untuk lelang putaran kedua [tahun ini],” kata sumber.
Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi terkait dengan potensi cadangan minyak Natuna D-Alpha dan rencana lelang putaran kedua untuk blok migas tersebut kepada Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto.
Hanya saja permohonan konfirmasi belum ditanggapi sampai berita ini tayang.
Sementara itu, permohonan konfirmasi soal minat bergabungnya MEDC ke pengelolaan blok migas raksasa itu juga belum direspons Senior Manager Communications Medco E&P Indonesia Leony Lervyn.
Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengungkapkan joint study di proyek hulu migas di Blok Natuna D-Alpha telah rampung dan calon WK itu akan segera masuk tahapan lelang.
“Join study-nya sudah selesai kan tinggal sama partner-nya saja,” Kata Djoko ditemui di sela kegiatan 49th IPA Convex di ICE BSD, dikutip Kamis (22/5/2025).
Lapangan D-Alpha Blok East Natuna, Pulau Natuna, Kepulauan Riau sebelumnya sempat dilelang ulang oleh Kementerian ESDM pada akhir Juli 2023.
Adapun, ladang gas tersebut bersinggungan langsung dengan Laut China Selatan (LCS) yang menjadi sumber kekisruhan antara China dan Amerika Serikat (AS) beserta sekutu-sekutunya.
Sejak pertama kali ditemukan adanya kandungan gas pada 1973, Lapangan D-Alpha Blok Natuna belum juga digarap atau dieksploitasi.
Raksasa migas asal AS, ExxonMobil sebenarnya sudah mengantongi hak partisipasi atau participating interest (PI) pada 1989, tetapi tak kunjung digarap hingga akhirnya pemerintah mencabut hak tersebut pada 2007.
Pada 2008, pemerintah menyerahkan pengelolaan ladang gas tersebut ke PT Pertamina (Persero).
Perusahaan migas pelat merah itu kemudian membentuk konsorsium yang terdiri dari ExxonMobil, Total Exploration and Production (E&P), Petroliam Nasional Berhad atau Petronas, dan PTT Exploration and Production (PTT EP) Thailand.
Konsorsium itu akhirnya bubar di tengah jalan. ExxonMobil memutuskan untuk hengkang pada 2017 dengan pertimbangan kelayakan bisnis di WK tersebut, diikuti oleh PTT EP tidak berselang lama.
(naw/wdh)






























