Dia menegaskan proses hukum yang menjerat eks Dirut IBC Toto Nugroho tidak memengaruhi pengerjaan proyek ekosistem baterai senilai hampir US$6 miliar itu.
“So far sih, on a day to day basis, there's not much variance, atau problem terhadap [proyek] itu,” klaim dia.
Lebih lanjut, terkait dengan pengerjaan Projek Titan, Marvin menyatakan IBC tengah mempersiapkan studi kelayakan atau feasibility studies (FS) untuk rencana pembangunan proyek baterai terintegrasi tersebut.
Dia menargetkan proyek dengan nilai investasi US$9,8 miliar tersebut mulai terealisasi pada 2026.
“Proyek Titan seperti mungkin kalian ketahui juga, partner-nya [Huayou] itu, kita baru berbicara awal tahun ini, setelah yang sebelumnya [LG Energy Solutions Ltd.] mengundurkan diri,” ucapnya.
“Diskusi memang masih sedikit di awal ya, bisa dibilang di framework agreement, kita baru bahas, tetapi sudah lumayan, lumayan jalan cukup jauh lah,” pungkas Marvin.
Ditemui secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menargetkan Proyek Titan garapan konsorsium Huayou dan IBC rampung pada akhir 2027.
Awalnya, pemimpin konsorsium proyek ini adalah LG Energy Solution Ltd. (LGES) yang awal tahun ini didepak pemerintah lantaran berlarut-larutnya rencana investasi. Huayou kemudian mengambilalih posisi pimpinan konsorsium untuk melanjutkan proyek.
“Huayo sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasinya sekitar 8 miliar dolar [AS]. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027 akhir ini semua sudah jadi,” kata Bahlil di International Battery Summit 2025, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Hampir serupa dengan Proyek Dragon besutan CATL-IBC yang baru diresmikan pemerintah, Proyek Titan juga dirancang sebagai ekosistem baterai terintegrasi dari hulu ke hilir, mulai dari tambang, fasilitas pengolahan nikel HPAL, prekursor, katoda, hingga pabrik sel baterai dan fasilitas daur ulang.
“Saya punya keyakinan ke depan apa yang diceritakan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara acuan pengelolaan ekosistem baterai mobil itu insyallah bisa tercapai,” kata dia.
Namun, hingga kini, posisi dan porsi Indonesia dalam proyek tersebut masih belum final.
Bahlil sebelumnya menjelaskan bahwa BUMN melalui PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memegang kendali 51% di lini hulu proyek tersebut. Akan tetapi, di lini antara dan hilir, porsi Indonesia turun ke angka 30%.
Pemerintah saat ini tengah berupaya menegosiasikan peningkatan kepemilikan di lini hilir BUMN di Proyek Titan melalui partisipasi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
“Porsi di hilir saat ini baru 30%, tetapi arahan Presiden adalah agar dinaikkan menjadi di atas 40%, bahkan kalau bisa menyamai posisi di hulu,” kata Bahlil.
(azr/wdh)






























