Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.377,1/troy ons. Menguat 0,42% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak 23 Juli atau sekira 2 pekan terakhir.
Harga emas pun kini naik 3 hari beruntun. Selama 3 hari tersebut, harga bertambah 3,13%. Selama seminggu terakhir, harga emas terangkat nyaris 2%.
Kenaikan harga emas tidak lepas dari dinamika di Amerika Serikat (AS). Investor meyakini bahwa bank sentral Federal Reserve bakal segera melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut dengan penurunan suku bunga acuan.
Akhir pekan lalu. Anggota Dewan Gubernur The Fed Adriana Kugler mengundurkan diri. Ini bisa menjadi peluang bagi pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mengajukan kandidat yang sesuai dengan visi kebijakan ekonomi ekspansif.
Bahkan Trump menyindir bahwa Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell semestinya ikut mengundurkan diri. Trump memang sudah cukup lama mendesak The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan, sesuatu yang belum dikabulkan oleh Powell.
“Powell ‘Si Terlambat’ harusnya mundur, seperti Adriana Kugler yang ditunjuk oleh Biden (Joseph ‘Joe’ Biden, presiden AS sebelumnya). Kugler tahu bahwa Powell melakukan hal yang salah dengan suku bunga. Powell juga harusnya mundur,” cuit Trump di media social.
Pasar kini melihat peluang penurunan suku bunga acuan makin besar. Mengutip CME FedWatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September mencapai 94,4%. Melonjak ketimbang posisi akhir pekan lalu yang masih 80,3%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)































