Logo Bloomberg Technoz

Harga emas dunia terpangkas usai naik lebih dari 2% pada perdagangan Jumat (1/8/2025). Jadi, faktor ambil untung (profit taking) sulit dilepaskan dari koreksi pagi ini.

Lesatan harga emas tidak lepas dari perkembangan di Amerika Serikat IAS). Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan, penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) di Negeri Adidaya pada Juli adalah 73.000. Jauh di bawah ekspektasi pasar dengan perkiraan 110.000.

Tidak cuma itu, US Bureau of Labor Statistics juga melakukan revisi besar-besaran. Angka Juni dipangkas dari 147.000 menjadi hanya 14.000. Sementara angka Mei dipotong dari 144.000 menjadi hanya 19.000.

Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Saat situasi bergejolak, biasanya investor akan cenderung melirik emas untuk menyelamatkan portofolio mereka.

“Pukulan di pasar tenaga kerja makin terasa. Akan ada tekanan bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga. Federal Reserve perlu menurunkan suku bunga acuan pekan ini,” tegas Kathy Bostjancic, Kepala Ekonom Nationwide, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) The Fed baru akan menggelar rapat penentuan suku bunga acuan pada pertengahan September mendatang. Jadi Bostjancic menyarankan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega menggelar rapat tak terjadwal atau insidental untuk menurunkan Federal Funds Rate.

“Permintaan tenaga kerja turun lebih cepat ketimbang pasokannya. Pasar tenaga kerja tidak sesolid yang digambarkan Powell. Asumsi dasar kami adalah penurunan suku bunga acuan pada Desember, tetapi kami melihat kemungkinan itu bisa lebih cepat makin meningkat,” sebut riset Bloomberg Economics.

Emas juga merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

(aji)

No more pages