Bloomberg Technoz, Jakarta - Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI kembali menjadi primadona investor asing menjelang pertengahan Juli 2025.
Dalam sepekan terakhir, BMRI mencatatkan kenaikan harga signifikan sebesar 4,85% dan ditutup pada level Rp 4.970. Penguatan tersebut terjadi seiring kembalinya aliran modal asing ke pasar modal domestik.
Pada Jumat (11/7), investor asing memborong saham BMRI dengan nilai net buy mencapai Rp 436,3 miliar. Aksi beli itu menjadi yang terbesar di antara saham lainnya, termasuk anak usahanya, Bank Syariah Indonesia (BRIS), serta Bank Negara Indonesia (BBNI). Total net buy asing hari itu menembus Rp 459,14 miliar di seluruh pasar.
Analis KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi, dalam riset terbarunya tetap merekomendasikan buy untuk saham BMRI. Ia mematok target harga di angka Rp 6.240 menggunakan pendekatan Gordon Growth Model (GGM). Target ini mengimplikasikan valuasi price to book (P/B) 2025 sebesar 1,9 kali, lebih tinggi dari estimasi saat ini di 1,5 kali.

Pertumbuhan laba bersih Bank Mandiri per Mei 2025 mencapai 29,9% secara tahunan (yoy), selaras dengan proyeksi pasar yang mematok target tahunan sekitar 35,5%. Selain itu, kredit BMRI tumbuh sebesar 13,2% yoy, mengungguli rerata industri. KB Valbury sendiri memperkirakan pertumbuhan kredit BMRI akan mencapai 10,4% yoy tahun ini.
Meski RUPSLB Agustus 2025 mendatang akan membahas pergantian pengurus, analis pasar modal PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe, tetap optimis. Ia menilai Bank Mandiri telah terbukti mampu menciptakan bankir-bankir andal. "Kinerja BMRI tetap solid bahkan saat pandemi dan krisis makro lainnya," ujar Kiswoyo.
Ia menambahkan, dana pihak ketiga (DPK) BMRI tumbuh 8,5% yoy, lebih tinggi dari rata-rata industri meski biaya dana masih tinggi. Ke depan, Kiswoyo mendorong manajemen fokus meningkatkan dana murah (CASA) untuk menjaga margin bunga bersih (NIM) tetap kompetitif.
Kiswoyo juga menyoroti pentingnya menjaga rasio penyaluran kredit terhadap simpanan (LDR) agar ekspansi kredit tetap terjaga likuiditasnya. "Saham sektor perbankan masih prospektif hingga akhir 2025. BMRI bahkan berpotensi mencapai Rp 7.200 per saham,” tegasnya.
Dengan fundamental kuat, daya tarik asing, dan potensi pertumbuhan berkelanjutan, BMRI dipandang sebagai salah satu saham bank BUMN yang layak dikoleksi di tengah ketidakpastian global. Pergantian pengurus pun diyakini tidak akan menjadi ganjalan berarti bagi kinerja jangka menengah BMRI.
(red)