Logo Bloomberg Technoz

Araghchi sebelumnya memimpin delegasi Iran dalam pembicaraan yang dimediasi Oman dengan AS — dialog yang akhirnya runtuh usai Israel meluncurkan serangan mendadak ke sejumlah fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni.

Serangan tersebut menewaskan sejumlah pejabat senior militer dan nuklir, serta menghantam kawasan perkotaan padat penduduk dan penjara Evin di Teheran.

Pernyataan Araghchi disampaikan tak lama setelah Presiden AS Donald Trump bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin lalu.

Dalam jamuan makan malam itu, Trump menyatakan terbuka untuk mencabut sanksi terhadap Iran.

Utusan khusus AS, Steve Witkoff, yang memimpin delegasi dalam pembicaraan sebelumnya, menyebut pertemuan dengan pihak Iran kemungkinan akan berlangsung dalam sepekan ke depan.

Araghchi juga menekankan bahwa Iran membutuhkan jaminan tidak akan kembali diserang jika perundingan gagal.

“Beberapa pihak telah menyampaikan jaminan bahwa tidak akan ada perang lagi, dan kami sedang mengkaji hal ini,” ujarnya tanpa merinci lebih lanjut.

“Jika ada peluang untuk mengamankan kepentingan rakyat Iran, kami tidak akan menyia-nyiakannya. Pintu diplomasi tidak pernah tertutup.”

AS bergabung dalam serangan Israel pada 22 Juni, menargetkan 3 fasilitas nuklir Iran. Trump mengklaim telah “menghancurkan total” infrastruktur nuklir Iran, sementara pejabat Iran menyebut fasilitas tersebut mengalami “kerusakan parah” namun belum sepenuhnya hancur.

Sebagai respons, Iran meluncurkan rudal ke pangkalan udara di Qatar yang digunakan pasukan AS.

Gencatan senjata antara Iran dan Israel diberlakukan akhir Juni dan sejauh ini masih bertahan, meski kedua belah pihak saling tuding telah melakukan pelanggaran.

Lebih lanjut, Araghchi menegaskan bahwa kerja sama Iran dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) “belum dihentikan,” namun permintaan pemantauan kini akan dievaluasi “secara selektif” dan hanya akan diproses melalui Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

(bbn)

No more pages