"Meski ada drama, ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, dan kesepakatan dalam dua pekan masih tampak mungkin terwujud."
Trump merilis surat peringatan tarif pertama dari sejumlah surat yang dijanjikannya, hanya dua hari sebelum batas waktu kesepakatan bagi negara-negara yang terkena tarif resiprokal April 2.
Tarif baru ini, termasuk bea masuk 25% untuk barang-barang dari Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia; 32% untuk Indonesia; 35% untuk Bangladesh; 36% untuk Thailand dan Kamboja; dan 40% untuk Laos dan Myanmar.
Meski terjadi gejolak pasar akibat tarif Trump, saham-saham global telah bangkit kembali dari level terendah April, mencerminkan optimisme bahwa Jepang dan negara-negara lain akan mencapai kesepakatan dengan AS untuk menghindari gangguan pertumbuhan.
Sejauh ini, ekonomi AS tetap stabil di tengah ancaman perang dagang global yang semakin memanas. Perekrutan kerja tetap sehat dan inflasi tetap terkendali. Federal Reserve waspada terhadap tarif dan ingin melihat bagaimana tarif tersebut memengaruhi produksi dalam beberapa bulan ke depan.
Indeks nilai tukar dolar AS sedikit melemah pada Selasa (8/7/2025). Mata uang tersebut melonjak paling tinggi dalam tiga pekan pada Senin, menandakan investor yakin ekonomi AS bisa menahan dampak perang dagang.
Kabar terbaru tentang tarif merupakan "badai sempurna bagi pemulihan dolar AS, terutama karena data terus membuat The Fed tidak melakukan tindakan apa pun," kata Aroop Chatterjee, ahli strategi Wells Fargo di New York.
(bbn)
































