“Platform digital seperti wondr by BNI menjadi bukti keseriusan BNI dalam menjawab tantangan era digital tanpa meninggalkan komitmen terhadap inklusi keuangan,” tegasnya.
Namun, menurut Anggia, transformasi tersebut harus selaras dengan prinsip keadilan sosial. Sebagai BUMN, BNI dinilai memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan layanan keuangan yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga memberdayakan.
“Layanan keuangan tidak boleh hanya dinikmati oleh yang sudah mapan. Komitmen terhadap inklusi harus ditunjukkan melalui kebijakan afirmatif—misalnya dengan memperluas akses pembiayaan bagi perempuan pelaku usaha mikro, menghadirkan layanan ramah disabilitas di seluruh cabang, dan program edukasi keuangan bagi anak muda dan remaja di daerah tertinggal,” ujarnya.
Anggia juga mendorong BNI untuk memperkuat aksesibilitas universal di seluruh jaringan, melatih petugas dengan perspektif gender dan disabilitas, serta mengembangkan produk keuangan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan sosial masyarakat.
“Keberpihakan sosial bukan sekadar pilihan program, melainkan ruh dari fungsi BUMN sebagai agen pembangunan,” lanjutnya.
Program loyalitas seperti Rejeki wondr BNI juga turut mendapatkan apresiasi karena dinilai mempererat hubungan nasabah dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap BNI sebagai bank milik negara.
Menutup pernyataannya, Anggia berharap agar BNI terus memperluas peran strategisnya, tidak hanya sebagai pilar ekonomi nasional tetapi juga sebagai pelopor inovasi dan keadilan sosial.
“Dirgahayu BNI. Jadilah mitra strategis negara dalam menghadirkan sistem keuangan yang tak hanya tangguh secara digital, tetapi juga adil secara sosial—yang berpihak pada perempuan, anak, penyandang disabilitas, serta seluruh masyarakat yang selama ini belum terlayani secara layak,” tutupnya.
(tim)

































