Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, Grup Djarum juga masuk ke sektor media dan konten dilakukan melalui GDP Venture, perusahaan modal ventura dan venture builder yang didirikan Martin Hartono. Melalui GDP Venture, Djarum telah berinvestasi ke lebih dari 40 perusahaan rintisan, termasuk Halodoc, IDN Media, Kaskus, Brodo, 88rising, dan Visinema. 

Pendekatan yang digunakan tidak hanya pendanaan, tetapi juga pendampingan operasional dan teknologi. GDP Venture berfokus pada lima pilar: e-commerce, produk konsumen, media, hiburan, dan solusi teknologi. Beberapa investasinya juga merambah ke startup luar negeri di bidang kendaraan listrik dan AI.

GGRM Kian Tertinggal

Berbanding terbalik, Gudang Garam memilih jalur diversifikasi yang lebih sempit dan padat modal. Melalui anak perusahaan PT Surya Dhoho Investama, GGRM membangun proyek Bandara Dhoho Kediri dengan nilai investasi lebih dari Rp13 triliun, menjadikannya bandara pertama di Indonesia yang dibangun sepenuhnya oleh swasta non-pemerintah. Bandara ini resmi beroperasi sejak April 2024.

Di samping itu, GGRM juga mendapatkan konsesi pembangunan jalan tol Kediri–Tulungagung sepanjang 44,17 kilometer, sebagai bagian dari pengembangan kawasan ekonomi di Jawa Timur.

Presiden Direktur Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo. (Tangkapan layar via Annual Report 2015 Gudang Garam)

Mengutip laporan tahunan GGRM, kinerja keuangan Gudang Garam sepanjang 2024 menunjukkan tekanan yang signifikan. Pendapatan bersih perusahaan tercatat sebesar Rp98,65 triliun, turun 17,06% dibanding 2023 yang sebesar Rp118,95 triliun.

Sebagian besar pendapatan masih berasal dari penjualan sigaret di pasar domestik, yang juga mengalami penurunan signifikan. Pendapatan dari penjualan dalam negeri tercatat sebesar Rp97,33 triliun, melemah 17,13% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp117,45 triliun. Sementara kontribusi dari ekspor turun menjadi Rp1,31 triliun, dibandingkan Rp1,49 triliun pada 2023.

Penurunan paling tajam terlihat pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, dari Rp5,52 triliun pada 2023 menjadi hanya Rp980,8 miliar pada 2024. Posisi tersebut menunjukan penurunan sebesar 81,58% secara tahunan.

Secara operasional tekanan juga tercermin dari data penjualan rokok. Volume penjualan domestik Gudang Garam turun signifikan menjadi 51,71 miliar batang dari 59,74 miliar batang pada 2023. Secara total, GGRM mencatatkan volume penjualan sebanyak 53,1 miliar batang atau lebih rendah dibandingkan dengan 2023 yang sebesar 61,4 miliar batang.

Berdasarkan estimasi data dari Nielsen Market Research, market share GGRM tercatat sebesar 26,6% pada 2020, kemudian sedikit meningkat menjadi 27,1% pada 2021, sebelum mulai mengalami penurunan berturut-turut menjadi 25,5% pada 2022, 21,2% pada 2023, dan terakhir hanya 17,4% pada 2024.

(dhf)

No more pages