Selasa kemarin, S&P Global dalam rilis terbarunya melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur melalui Purchasing Managers’ Index (PMI) yang berada di level 46,9 untuk periode Juni, turun 0,5 poin dibanding bulan sebelumnya atau Mei.
PMI di bawah 50 menunjukkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, bukan ekspansi. Sejak April, skor PMI manufaktur Indonesia juga selalu di bawah 50.
“Aktivitas pasar lesu, klien menahan diri untuk melakukan pemesanan. Penurunan ini lebih didorong oleh penjualan domestik, karena di sisi ekspor tidak ada perubahan,” ungkap laporan S&P Global.
Penurunan pemesanan tersebut turut membuat produksi ikut berkurang. Kapasitas produksi pun terpangkas, dan dunia usaha diperkirakan harus mengurangi penyerapan tenaga kerja. Laju penurunan tenaga kerja juga jadi yang tercepat dalam hampir 4 tahun.
Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence juga mengatakan, level optimisme terkait prospek 12 bulan mendatang juga mulai menurun dan kini berada di bawah rata-rata.
Level keyakinan dunia usaha juga menjadi yang terendah sejak Oktober tahun lalu karena sejumlah perusahaan khawatir dengan perkembangan ekonomi global.
“Penurunan pemesanan membuat dunia usaha mengurangi karyawan dan pembelian bahan baku. Ke depan, kini dunia usaha menjadi kurang bullish. Keyakinan dunia usaha jatuh ke level terlemah dalam 8 bulan,” papar dia.
(ain)