Penurunan tajam dalam penerimaan pajak dari sektor energi berdampak langsung pada keuangan negara, yang kini sudah terbebani oleh belanja besar-besaran untuk perang di Ukraina. Rubel yang lebih kuat juga mengurangi insentif untuk mengekspor.
Pada akhir April lalu, Kementerian Keuangan merevisi proyeksi defisit anggaran tahun ini, memperkirakan kekurangan anggaran yang jauh lebih dalam dari perkiraan sebelumnya.
Hal ini menyusul kebijakan tarif baru dari AS dan peningkatan pasokan oleh OPEC+ yang memicu anjloknya harga minyak. Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah mengandalkan dana kekayaan negara yang dirancang untuk menstabilkan perekonomian.
Kementerian menghitung pendapatan minyak Rusia untuk bulan Juni berdasarkan harga minyak Urals sebesar US$52,08 per barel pada Mei — harga terendah untuk produk ekspor utama Rusia sejak Maret 2023, menurut data Bloomberg.
Nilai tukar rata-rata rubel terhadap dolar AS pada Mei tercatat di angka 80,4603 — level terkuat dalam 2 tahun, didorong oleh suku bunga acuan yang tinggi dan ekspektasi membaiknya hubungan dengan Washington.
Akibatnya, perusahaan minyak Rusia hanya memperoleh 4.190 rubel untuk setiap barel yang dijual, level yang belum pernah terlihat sejak Maret 2023, menurut perhitungan Bloomberg.
Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, mengakui awal pekan ini bahwa tingginya tingkat suku bunga mempersulit pelaku ekspor.
“Mereka terjepit oleh kombinasi suku bunga tinggi, nilai tukar kuat, dan penurunan harga,” ujarnya dalam Kongres Keuangan Bank Sentral Rusia di St. Petersburg.
Meski demikian, bank sentral tetap berhati-hati dalam memangkas suku bunga secara agresif karena khawatir memicu inflasi.
Rapat suku bunga berikutnya dijadwalkan pada akhir Juli, yang berarti tekanan akibat rubel yang kuat terhadap pendapatan minyak kemungkinan masih akan berlanjut.
Namun di sisi lain, penurunan harga minyak mentah dan produk minyak global turut membantu pemerintah menekan subsidi kepada kilang — kompensasi yang sebagian menutup selisih harga bahan bakar di dalam negeri dan luar negeri.
Pada Juni, anggaran negara hanya mengalokasikan 34,5 miliar rubel untuk pasokan bensin dan diesel ke pasar domestik — angka terendah sejak Oktober 2023, saat kompensasi sempat mencapai nol.
(bbn)

































