"Beijing telah menegaskan mereka akan merespons kesepakatan yang merugikan kepentingan China, dan keputusan untuk menyetujui tarif yang lebih tinggi atas barang-barang yang dianggap 'transit' melalui Vietnam mungkin termasuk dalam kategori tersebut."
Sajedi memaparkan, mengingat posisi China sebagai mitra dagang terbesar Vietnam dan sumber utama bahan baku untuk produksi domestik, pembalasan apa pun akan berdampak besar pada ekonomi Vietnam.
Ada juga implikasi yang lebih luas bagi negara-negara lain yang mungkin memandang penerimaan Vietnam terhadap tarif dua kali lipat dari tarif universal 10% sebagai "sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak layak ditiru."
Sajedi memperkirakan, berdasarkan perjanjian tersebut, Vietnam akan kehilangan 25% ekspornya ke AS dalam jangka menengah, yang berisiko membahayakan lebih dari 2% dari output ekonomi tahunannya.
"Kesepakatan ini juga tampaknya tidak memberikan panduan apa pun untuk mengatasi kekhawatiran akan tarif sektoral, yang menjadi inti negosiasi bagi banyak mitra dagang utama, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa," tandas Sajedi.
(bbn)






























