Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham berkapitalisasi besar (Saham Big Caps) menjadi pemberat IHSG di sepanjang perdagangan Sesi I. Saham-saham barang baku, saham energi, dan saham properti mencatatkan pelemahan paling dalam, dengan masing-masing melemah 1,33%, 1,07% dan 0,97%.

Berikut adalah saham-saham barang baku yang jadi pendorong melemahnya IHSG, saham PT PAM Mineral Tbk (NICL) turun 13,8%, saham PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) terpeleset 12%, dan saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) drop 7,3%,

Dilanjutkan oleh pelemahan pada saham energi, i.a, saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) ambles 14,6%, saham PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS) drop 9,09%, dan saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) yang jatuh 8,71%.

Saham-saham unggulan LQ45 juga tercatat dalam tren negatif. Adapun saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terdepresiasi mencapai 6,02%, disusul oleh saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) ambles 5,31%, dan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) drop 5,18%.

Fokus Investor Bergeser ke Paparan The Fed

Padahal, sejatinya IHSG terdorong sentimen positif yang datang dari gencatan senjata antara AS-Israel dengan Iran.

Phintraco Sekuritas menyebut, sentimen IHSG didorong oleh meredanya intensitas ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah Presiden Trump mengumumkan akan adanya gencatan senjata Iran-Israel serta menyerukan perdamaian.

Tensi politik yang membaik antara US dan Israel – Iran, hingga harga minyak yang turun signifikan, serta stabilnya nilai tukar rupiah, jadi sentimen positif IHSG mengutip Panin Sekuritas.

Namun, fokus investor nampak beralih ke paparan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/ The Fed) Jerome Powell yang mengatakan dia tidak terburu-buru untuk mendorong penurunan suku bunga karena dampak kenaikan tarif perdagangan masih terasa.

Dalam keterangan di depan Komite Jasa Keuangan DPR (House Financial Services Committee) AS, Powell kembali mempertegas– Federal Reserve kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan selama masih ada ancaman tekanan inflasi.

Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell. (Bloomberg)

Powell juga menyoroti fakta tingkat inflasi AS masih berada di atas  target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve dengan dampak dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump masih belum jelas.

Pasar keuangan sepenuhnya memperhitungkan dua kali pemangkasan suku bunga The Fed hingga penghujung tahun 2025, dengan langkah pertama pada September jauh lebih mungkin terjadi daripada bulan depan.

“Jika ternyata tekanan inflasi tetap terkendali, kami akan sampai pada titik di mana kami memangkas suku bunga, cepat atau lambat,” kata Powell kepada para anggota parlemen, menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan kebijakan pada Juli, seperti yang dilaporkan Bloomberg News.

“Namun, saya tidak ingin menunjuk pada pertemuan tertentu. Saya tidak pikir kami harus terburu-buru karena ekonomi masih kuat.”

Ia menegaskan para pembuat kebijakan harus mengambil pendekatan hati-hati terhadap pemotongan suku bunga sembari menunggu kejelasan lebih lanjut tentang dampak kebijakan ekonomi Trump, khususnya pada tarif.

(fad)

No more pages