Kemarin, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 3.322,7/troy ons. Anjlok 1,36% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak 6 Juni atau nyaris 3 pekan terakhir.
Harga emas dunia resmi turun 3 hari beruntun. Selama 3 hari tersebut, harga berkurang 1,39% secara point-to-point.
Perkembangan di Timur Tengah masih menjadi sentimen utama yang mempengaruhi harga emas. Dikutip dari Bloomberg News, ada kemungkinan Iran dan Israel akan menyepakati gencatan senjata dalam waktu dekat.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sepakat untuk menahan serangan ke Iran setelah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“JANGAN JATUHKAN BOM ITU. JIKA ANDA MELAKUKANNYA, MAKA ITU PELANGGARAN BERAT,” cuit Trump di media sosial, yang sepertinya ditujukan kepada Israel.
Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Jika situasi lebih tenang, lebih kalem, biasanya investor lebih memilih aset-aset berisiko yang bisa mendatangkan keuntungan secara lebih instan.
Sentimen kedua yang juga mempengaruhi harga emas adalah rilis data ekonomi di AS. The Conference Board melaporkan keyakinan konsumen di Negeri Paman Sam pada Juni berada di 93. Turun 5,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks di bawah 100 menandakan konsumen pesimistis dalam memandang perekonomian saat ini hingga beberapa bulan mendatang.
“Dalam situasi seperti ini, tidak heran konsumen ragu dalam berbelanja dalam jumlah besar. Konsumen hanya membeli rumah, mobil, dan berbagai perlengkapan rumah jika memang dibutuhkan. Ini menunjukkan sikap yang sangat hati-hati,” jelas Heather Long, Kepala Ekonom Navy Federal Credit Union.
Perkembangan tersebut membuat pasar kian yakin bahwa bank sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan tahun ini. Sebab, cepat atau lambat ekonomi AS sudah butuh stimulus, termasuk dari sisi moneter.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)






























