Logo Bloomberg Technoz

Dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan bahwa ekspor sektor pertanian tumbuh 56,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan industri pengolahan tumbuh 25,8% (yoy). Sementara ekspor pertambangan dan lainnya mengalami kontraksi 26,4% (yoy). 

Di sisi lain, Sri Mulyani menjelaskan impor barang modal tumbuh 23,1% (yoy), barang konsumsi tumbuh 7,8% (yoy), dan bahan baku tumbuh 0,3% (yoy). 

"Komposisi impor pertumbuhannya masih didominasi dari barang modal, sedangkan bahan baku relatif flat dan barang konsumsi tumbuh di 7,8%, ini ada suatu kenaikan dari sisi impor," ujarnya. 

Secara kumulatif, Sri Mulyani melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$16 miliar pada Januari-Mei 2025. Angka ini tumbuh 22,14% (yoy) dibandingkan dengan US$13,1 miliar pada Januari-Mei 2024. 

Dalam kaitan itu, Sri Mulyani menggarisbawahi neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus selama lima tahun berturut-turut. Kendati demikian, Indonesia perlu mewaspadai kondisi global berupa perang dagang yang bakal berdampak pada realisasi ekspor dan impor. 

"Jadi, kita juga harus hati-hati melihat perkembangan meskipun lima tahun terakhir ini neraca perdagangan kita terus mengalami surplus," ujarnya.

(dov/ros)

No more pages