Logo Bloomberg Technoz

Bos Blue Bird Bicara Soal BYD, Tesla & Masa Depan Taksi di RI

Houtmand P Saragih
30 May 2023 16:20

Direktur Utama Blue Bird, Sigit Priawan Djokosoetono. (Bloomberg Technoz/ Houtmand P. Saragih)
Direktur Utama Blue Bird, Sigit Priawan Djokosoetono. (Bloomberg Technoz/ Houtmand P. Saragih)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Utama PT Blue Bird Tbk (BIRD) Sigit Priawan Djokosoetono pekan lalu sempat viral karena menyamar jadi sopir taksi Blue Bird selama satu hari penuh. Momen itu ramai dibicarakan oleh warga net dengan berbagai macam komentar. 

Sebenarnya tak tersirat dalam pikiran Sigit, apa yang dilakukannya itu akan menjadi viral. Menjadi supir Blue Bird dari jam 07.00 WIB hingga jam 20.00 WIB bukan untuk sebuah pencitraan. 

Sigit merasa, sebagai orang tertinggi di jajaran manajemen dia harus tahu betul apa masalah yang dirasakan oleh para pengemudi Blue Bird sebagai ujung tombak yang melaksanakan bisnis jasa transportasi angkutan. Tentu saja ia tidak akan mengetahui secara detail apa yang dirasakan oleh para supir taksi setiap hari jika hanya duduk di balik meja kantornya. 

Sigit adalah pemimpin tertinggi dari sebuah perusahaan taksi terbesar di Indonesia. Sejarah panjang 51 tahun kehadiran Blue Bird di Indonesia sudah melewati melewati banyak rintangan. 

Tercatat beberapa kali Blue Bird menghadapi tantangan berat, mulai dari perang tarif, kehadiran taksi online, pandemi Covid-19 dan transisi penggunaan kendaraan konvensional ke listrik. 

Nah, disela-sela kesibukan Sigit, Bloomberg News bersama dengan Bloomberg Technoz berkesempatan melakukan wawancara dengan CEO Blue Bird tersebut. Berikut ini adalah petikan wawancaranya, simak:

Ini sebelum bahas yang serius-serius nih pak, menarik banget sampe bisa viral. Padahal kan Bapak dulu orang operasional?    

Ya tapi kalo untuk narik taksi langsung di jalan sih engga gitu. Karena kita waktu dulu juga kan banyak pr-pr  yang sudah kita perbaiki disini kita juga perlu cross check ya di lapangan. Jadi kalo apa masalah narik itu memang kegiatan rutin manajemen Bluebird tuh kaya di pool-pool itu GM, dan manager itu juga narik untuk tau kondisi lapangan gitu. Nah direksi mungkin karena  kesibukannya cukup banyak makanya juga jarang.

Apa yang Anda rasakan atau Anda temukan saat menjadi supir taksi Blue Bird?         

Yang mana nih? Saya sendiri capek. Itu dari jam 7 pagi sampai jam 8 malem. Itu mah sebentar. Kalo yang lain (supir taksi Blue Bird regular) kan bisa sampai jam 9 atau jam 11 malam. Ya itu buat support lah ke pengemudi langsung dan biar bisa dapet input langsung kondisi lapangan dan dari tamu. Tamu juga langsung kan bisa kasih respon yang positif atau negatif

Apakah mereka (penumpang) mengenal Anda?  

Tamu tidak. Tidak tahu kalau saya tidak membuka percakapan. Iya, saya kasih tahu. Saya ini mau dapet input langsung dari customer

Driver Blue Bird mengenal Anda?       

Awalnya tidak tahu, tapi akhirnya tahu langsung. Jaman gini gimana ga tahu. (Mereka) sangat antusias.  Ini sangat baik karena mereka juga lihat mereka tidak sendiri. Faktor kebersamaan, faktor Blue Bird. Faktor yang emang mereka ga bisa merasakan itu jadi suatu yang membuat mereka sangat senang merasa dapet support dan diperhatikan. Karena memang kondisi itu yang harus kita perbaiki. Sistem udah jalan, pangkalan ada, tapi kan improvement dan perbaikan pasti banyak (yang harus dilakukan). Direksi yang pada datang ke lapangan pasti ada hal yang bisa diperbaiki.

Direktur Utama Blue Bird, Sigit Priawan Djokosoetono. (Bloomberg Technoz/ Houtmand P. Saragih)

Menggunakan mobil kode apa saat itu?

Dari pool Buncit (Warung Buncit, Jakarta Selatan) sini, pool BD tapi bukan nomor itu aja. Itu bukan mobil Batangan (taksi Blue Bird yang biasa digunakan sehari-hari) saya. Mobilnya kan banyak yang lain bukan itu aja. Saya jangan dibatangin mobil, mobil saya engga jalan nanti kan. 

Menggunakan mobil listrik?    

Bukan, (Toyota) Avanza. Mobil santai

Berapa banyak armada Blue Bird yang menggunakan bahan bakar gas?         

Ada 2000 lebih. Dari total armada 20.000.

Taksi mobil listrik ada berapa?

Yang di EV (Electric Vihicle) kita ada 150 lebih.

Apakah kondisi sekarang sudah mulai pulih setelah sempat terdampak pandemi Covid-19?

Kita sudah mengarah kesana, beberapa sudah mengarah balik seperti sebelum pandemi. Hanya memang ada kondisi di dunia jadi ada sedikit banyak ada bagian efek yang belum tentu semuanya bisa recover. Sekarang kita kadang-kadang masih nunggu pasar. Tapi secara umum recovery kita dalam kondisi yang membaik untuk mengarah balik ke sebelum pademi.

Tahun ini bisa pulih sepenuhnya?

Saya yakin itu bisa, hanya ini ada faktor politis juga ya (pemilu), nah itu faktor-faktor eksternal yang tidak bisa diprediksi efeknya apa. Tapi saya yakin proses pemilu kali ini juga pasti cukup lancarlah, kita sudah belajar banyak apapun yang dipilih prosesnya pasti lancar. Hanya memang dalam hal bisnis ada beberapa wait and see untuk deal nya. Nah ada deal kegiatan bisnis yang memang budget nya belum turun atau apa. Kegiatan bisnis related terhadap transportasi. Tapi kita yakin itu bukan menghambat selama tidak ada kondisi yang diluar perkiraan.

Blue Bird sempat melawati masa sulit beberapa kali, mulai dari kehadiran taksi online hingga pandemi Covid-19. Saat ini startup taksi online juga dapat perhatian dari investor dunia lagi, apakah ini jadi tantangan untuk Anda?

Kita memang membuat aplikasi, aplikasi kita My Bluebird memang sempat tidak berjalan pada waktu itu. Selain itu, kalua kita bicara yang satu bakar duit (cara yang dilakukan taksi online dari startup), yang satu bakar duit beda gitu. Jadi memang kalau dari sisi teknologi dan feature lainnya kita memang sudah cukup advanced saat itu, tapi memang  promosi nya kalah.

Menanggapi tadi ada ada taksi online dan di luar negeri lainnya dapet funding lain, industri nya kalo diluar sama di Indonesia mungkin market nya berbeda. Dia punya persaingan seperti apa. Kami berprinsip bahwa kompetisi itu memang ada, jadi kita punya mindset tersebut dan sejak Blue Bird berdiri selalu memang ada kompetitor nya. Kan kita sebelum sendiri tuh ada kompetitor tuh ada taksi tarif bawah. Sekarang ya tetap ada taksi tarif bawah, bedanya digital, kan tetap sama. Tapi Blue Bird, positioning kita adalah tarif atas. Tidak ada pesaing yang mendapatkan tarif di atas Bluebird. Sejak Blue Bird berjalan itu memang selalu begitu. 

Kita memang perlu melakukan strategi bagaimana menyiasati adanya kompetisi tersebut. Nah Bluebird punya strategi yang kita sebut multi channel, multi payment. Maka kita kerjasama dengan aplikator, kita kerjasama dengan OTE, kita kerja sama dengan platform-platform lain untuk bisa mengakses pelayanan kita. Termasuk juga kita kembangkan sendiri channel kita yang digital, termasuk yang non-digital. 

Bluebird punya pangkalan. Kemarin juga saya narik taksi dari pangkalan. Setengah order saya dari pangkalan, tidak pake aplikasi. Dari hotel, dari mall, dari pinggir jalan gitu. Jadi tamu butuh kendaraan, aplikasi hanya caranya saja.

Misalkan dia ada di Pacific Place gitu. Masa iya diam mau pesan, mending naik langsung gitu. Nah bayarnya multi payment karena bisa pakai cash atau bisa pakai non-tunai, yang penting nyamannya. Nyaman kan bisa pake aplikasi bisa pake telephone. Easy Pay misalnya, yang penting bayar nya non-tunai gitu. Nah itu strategi yang kita persiapkan karena kita ngga main di level cara pesannya saja, cara bayarnya saja. Core Blue Bird tetap fokusnya di pelayanan. 

Kan mau bayarnya pake Qris, mau bayarnya pake promo kalo pelayanan nya jelek susah juga. Nah itu fokus kita. Nah akhirnya kita bisa membuka kompetensi dengan kompetitor juga yang saat itu dan kita yakin kolaborasi itu ada nilainya kalau ada energi nya.

Anda sudah merasa menjadi pemenang di industri ini?    

Belum. Bukan kita sebut winner. Tapi kita merasa strategi yang kita jalankan on track gitu. Jadi kita tetap persiapkan target kita. Namun kalau dibilang winner atau engga masih ada banyak sudut pandang ya. Kita liat saja laporan keuangannya gitu.

Apakah ada perubahan perilaku penumpang taksi, sebelum dan sesudah pandemi, dimana saat ini orang sudah terbiasa dengan teknologi?.

Visi Blue Bird, kita coba lihat ya dalam 51 tahun ini, konsisten kita lakukan. Kita melihat konsistensi kita tadi dari pelayanan. Jadi strategi kita, apapun teknologi nya, apapun bentuk tantangannya, apapun tipe customer nya yang akan masuk, fokus pada pelayanan menjadi jati diri Blue Bird. Unsurnya: cara pesan, harga, segala macam itu dalam konteks pelayanan. Kalo dilihat bahwa strategi kita customer melihat preferensi, perilaku, dan lainnya kami cukup yakin konsisten dalam arti selama kita fokus terhadap pembelian pelayanan yang baik customer pasti punya preferensi terutama walaupun dia mengganti karena kebetulan kaya lebih murah tapi dia juga akan merasakan hal yang berbeda lah ya sama pelayanannya. 

Waktu Anda viral karena menjadi supir taksi, saya curiga Anda sedang melakukan bagian dari strategi marketing?  

Ya kita sih engga ada tujuan marketing dan lainnya. Kita hanya fokus pada kepercayaan dan pelayanan, lalu berpegang teguh pada word of mouth. Kita tidak mempromosikan produk kita yang lebih baik. Biarkan pelanggan yang selalu menyatakan. Apakah dia menyatakan atau tidak, yang penting kita mencari dari hasilnya. Jadi fokus kita bukan untuk memviralkan. Saya narik tuh cuma 2 kok tujuannya, mau input dari pelanggan dan dari pengemudi. Ingin tahu apa problem lapangan yang tidak terbaca di kantor pusat. 

Jumlah armada (fleet) saat ini sudah kembali ke posisi sebelum pandemi?

Nah ini menarik. Jumlah fleet itu indikator, tapi bukan menjadi target karena targetnya adalah revenue. Engga perlu jumlah fleet, kalo jumlah fleet nya lebih rendah, revenuenya rendah, boncos dong. Tapi fleet sama dan tapi revenue tinggi, efisien dong. Jadi faktor itu yang dilihat.

Memang fleet jadi indikator kalo jumlahnya tidak balik (ke sebelum pandemi), ya kemampuan untuk mendapat revenue jadi berkurang. Tapi banyak cara untuk menambahkan revenue. Kita bisa menggunakan efisiensi kendaraan, biaya yang lebh murah. Dan cash engine ini juga termasuk mengurangi biaya-biaya yang terjadi. Kalau dilihat mungkin top line nya berubah, jumlah nya tidak tercapai, tapi bottom line kita kan bagus dan itu yang terjadi di tahun 2022. Bottom line kita improve nya signifikan, top line nya kita juga mendukung karena biaya yang kita lakukan bisa kita efisiensikan.

Kinerja Blue Bird kuartal I-2023 menunjukkan hasil yang baik, bagaimana outlook kinerja anda sampai akhir tahun?

Insya Allah tercapai dengan target yang kita perkirakan. Kuartal satu menunjukkan sebagian performa dari yang kita buktikan. Nah semester II kita lebih optimis dari kuartal satu. Tapi kita perlu lihat faktor pendukung nya terjadi atau engga, supply kerjaan kita bisa cukup. Biar bagaimana pun juga supply kendaraan juga masuk iya, tapi sesuai ekspektasi atau engga itu tadi. Indikator kendaraan kalo kita engga masuk, demand kita naik kita tidak bisa cover. Kedua, makro ekonomi memang kegiatan politik, kegiatan bisnis resesi nah itu juga. Ketiga, biaya-biaya yang bisa kita kontrol. Tapi kami melihat kondisi sekarang. Tipis.

Berarti second half itu lebih tinggi lagi pertumbuhannya dibanding first half?       

Second half akan lebih tinggi daripada first half. Disupport oleh penambahan armada. Tahun ini, penambahan armada ada 6000. Ini reguler, yang listrik lebih dari 500 lagi. Tapi balik lagi, itu kita perlu impor jumlahnya 

Kendaraan listrik dari Tesla bertambah berapa?

Biaya investasi masih kita perhitungkan. Karena kita baru belajar, 4 tahun terakhir kita belajar banyak. Jadi kita masih review.

Apakah akan menggunakan mobil listrik yang di produksi di Indonesia seperti Hyundai atau yang lain?

Itu tetap kita beli kendaraan yang memadai, tapi bukan untuk regular taksi, untuk kendaraan rental. Jadi listrik kita masuk 150 bukan hanya untuk regular taksi tapi non-regular taksi.

Kenapa Anda stop membeli Tesla?

Kita masih mereview nilai investasinya, dari awal membeli sampai dijual. Saat ini ada empat unit (Tesla). Beli mobil itu kan sebelum dibeli dipikirin jualnya untuk perhitungan profitable atau engganya. Empat mobil itu kebanyakan digunakan untuk airport. Untuk pembelian baru, kita akan mixed dengan yang ada, seperti Ionic dari Hyundai. Sebanyak 80% mobil listrik (buatan) BYD.

Dari sisi operasional, lebih efisien mobil listrik atau konvensional ?

Dari sisi operasional lebih menguntungkan listrik, karena biaya operasional nya lebih murah.

Ada kontrak khusus dari produsen?

Sudah, kita sudah kerjasama dengan Hyundai untuk perawatan.

Kenapa Anda memutuskan untuk menambah 500 mobil listrik tahun ini?

Untuk mobil listrik, kita punya program sustainability dengan mengurangi emisi karbon. Lalu kita melihat masa depan listrik. Kita punya alat charge sekitar 26 di Jakarta dan di Bali. Saya melihat pola pemerintah dalam penggunaan mobil listrik jauh lebih baik. Kami yakin ini masalah waktu. Infrastruktur akan lebih baik, masyarakat juga punya pilihan lebih banyak. Dan Blue Bird juga harus punya inovasi dalam kendaraan listrik.

Menurut Anda mobil listrik lebih murah secara operasional, apakah itu mempengaruhi bottom line nya lebih baik, dalam berapa tahun?

Ya hasil bottom line nya lebih baik. Tapi kita harus memikirkan apa operasional nya. Makanya tahun depan kita genjot 500 lebih mobil listrik. 

Anda menambah 6.000 armada taksi tahun ini, jumlah tersebut lebih besar dari sebelumnya?

Sebelumnya juga sama, tahun lalu jauh lebih besar. Selama 2 tahun pandemi kan puasa (menambah armada). Tapi kita lihat penjualan tahun 2018-2019 itu banyak. Jadi jumlah kita tahun ini memang lebih banyak untuk diremajakan mobil kendaraannya. Jadi ini adalah ekspansi terbesar tahun ini, saya rasa ini cukup.

Mobil listrik apa saja sedang ada bidik saat ini?

Ya BYD, Ionic dan BMW