Logo Bloomberg Technoz

Kedua, kecenderungan Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump yang proenergi fosil membuat produksi minyak mentah Negeri Paman Sam meningkat.

Akan tetapi, peningkatan produksi ini tidak disertai penyerapan yang seimbang di pasar global. Adanya penurunan permintaan dan ketidakpastian geopolitik, membuat banyak negara menahan pembelian minyak mentah.

"Ujung-ujungnya suplai meningkat dan harga crude menjadi turun. Ini sangat berpengaruh, khususnya di Pertamina untuk di sektor upstream [hulu]," kata Wiko dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Jumat (23/5/2025). 

Kilang Minyak

Setali tiga uang, lini antara atau midstream Pertamina juga menghadapi tantangan dalam usaha kilang minyak.

Wiko mengatakan, tekanan tak hanya dihadapi Pertamina, tetapi juga dialami oleh beberapa pemilik kilang raksasa di dunia seperti Chevron Corp dan BP Plc.

"Negara seperti Arab Saudi, kemudian perusahaan besar Chevron telah membukukan kerugian dari bisnis kilangnya. BP juga demikian, bahkan membukukan impairment sampai US$ 2 miliar," imbuhnya.

Brent crude's six-month spread collapses as futures fall. (Sumber: ICE Futures Europe, Bloomberg)

Di sisi lain, kondisi oversupply minyak mentah dunnia dan lemahnya permintaan turut mendorong crack spread menjadi turun.

Crack spread adalah perbedaan antara harga bahan baku dengan produk yang dihasilkan untuk kemudian dipasarkan. Dengan crack spread rendah, hasil yang didapat dari penjualan produk jadi menjadi lebih sedikit.

Dalam catatan Pertamina, crack spread telah menipis ke angka US$ 10/barel atau di bawah titik impas atau break even kilang yang dimiliki Pertamina, yaitu dengan nilai awal sekitar US$15/ barel.

"Ini di-drive karena adanya oversupply produk dan crude yang mendorong crack spread menjadi turun, menurunkan gross refining margin kita menjadi titik terendah yang selama ini kita alami," jelasnya.

“Kami infokan ini sangat berpengaruh kepada bisnis kilang kita nanti bisa dilihat dampaknya di laporan keuangan."

Antisipasi

Untuk mengantisipasi sentimen negatif tersebut, Wiko menuturkan Pertamina kini tengah melakukan sejumlah optimasi di bisnis kilang.

Kilang Pertamina Dumai. (Dok. Pertamina)

"Oversupply ini akan terus berlanjut sampai dengan beberapa tahun ke depan. Oleh sebab itu, restrukturisasi di bisnis midstream menjadi hal yang penting saat ini di Pertamina dan sedang kita inisiasi untuk dilakukan," ujarnya.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli turun 0,5% menjadi US$64,14/barel pada pukul 9:40 pagi di Singapura. Minyak mentah WTI untuk pengiriman Juli turun 0,5% menjadi US$60,88/barel.

(mfd/wdh)

No more pages