Kenaikan ini membuat harga emas dunia menghijau 3 hari tanpa putus. Selama 3 hari tersebut, harga naik 3,62%.
Investor kembali memburu emas karena harganya memang sudah ‘murah’. Pekan lalu, harga emas anjlok sampai membukukan koreksi mingguan terparah sejak November 2024.
Kemudian, harga emas juga melesat seiring pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah hampir 0,51% ke 99,607.
Pelaku pasar mencemaskan kondisi fiskal di Negeri Paman Sam. Utang pemerintah AS membengkak, dan Presiden Donald Trump malah menyetujui aturan penurunan tarif pajak tanpa diimbangi oleh efisiensi anggaran.
Beban fiskal ini menyebabkan lembaga pemeringkat Moody's Rating menurunkan peringkat utang AS dari Aaa menjadi Aa1. Moody’s menggarisbawahi peningkatan utang dan pelebaran defisit anggaran.
Saat AS butuh utang dalam jumlah banyak, maka pemerintah akan kian masif dalam menerbitkan obligasi, Ini membuat pasokan dolar AS di pasar menjadi melimpah. Alhasil, ‘harga’ dolar AS pun kian murah.
Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika mata uang Negeri Adidaya terdepresiasi, maka emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.
Kemudian, harga emas juga terangkat karena sentimen dari China. Pada April, impor emas China tercatat 127,5 metrik ton. Meroket 73% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
(aji)































