Pabrikan mobil Jepang yang sedang terpuruk ini telah berjuang keras untuk membalikkan kondisi bisnisnya karena jajaran produknya yang sudah menua gagal menarik konsumen di AS dan China.
Perusahaan telah mengumumkan rencana untuk memangkas ribuan pekerja, mengurangi kapasitas produksi, dan mengganti sebagian besar eksekutifnya—termasuk menunjuk CEO baru—setelah upaya bergabung dengan Honda Motor Co gagal awal tahun ini, sehingga perusahaan sangat membutuhkan bantuan lain.
"Kenyataannya sudah jelas," kata CEO Ivan Espinosa dalam konferensi pers pasca-laporan kinerja pertamanya sejak menjabat sebagai CEO pada April lalu. "Nissan harus memprioritaskan perbaikan diri dengan urgensi dan kecepatan yang lebih besar."
Perubahan besar-besaran ini menandakan perubahan besar dari CEO sebelumnya, Makoto Uchida, yang dikritik karena tidak cukup agresif dengan rencananya untuk memangkas 9.000 pekerja dan mengurangi produksi sebesar 20%.
Nissan telah mengindikasikan rencana yang lebih luas untuk memangkas produksi, dengan mengumumkan pekan lalu bahwa mereka membatalkan rencana pembangunan pabrik baterai di Fukuoka untuk fokus pada pemulihan perusahaan.
Bahkan dengan pemangkasan yang semakin besar, Nissan menghadapi perjuangan berat dalam menemukan penyelamat akibat gagalnya pembicaraan kesepakatan dengan Honda yang mempersulit pencariannya.
Hon Hai Precision Industry Co muncul sebagai pelopor, di mana Chairman Young Liu mengatakan pada Februari bahwa perusahaannya telah mendekati Nissan dan Honda tentang potensi kerja sama ketika keduanya terlibat dalam pembicaraan untuk bergabung.
Produsen iPhone asal Taiwan yang dikenal sebagai Foxconn itu telah jelas menyatakan keinginannya untuk merakit kendaraan listrik bagi produsen mobil Jepang dan awal bulan ini menandatangani perjanjian dengan Mitsubishi Motors Corp untuk merealisasikan hal itu.
Sementara itu, upaya restrukturisasi Nissan berisiko tergelincir oleh tarif AS untuk mobil dan suku cadang mobil impor. Produsen mobil ini mengatakan mereka memperkirakan akan mengalami dampak sebesar ¥450 miliar dari kebijakan itu, yang termasuk dalam perkiraan kerugian operasional sebesar ¥200 miliar pada kuartal pertama.
Chief Financial Officer Jeremie Papin mengatakan ekspor dari Meksiko dan Jepang menyumbang hampir 45% dari penjualan Nissan di AS. Bea masuk akan memengaruhi 300.000 unit ekspor dari Meksiko dan 120.000 unit dari Jepang.
Kebijakan dagang Trump yang terus berubah telah berdampak pada sektor otomotif global, di mana beberapa produsen seperti Stellantis NV dan Mercedes-Benz Group AG membatalkan perkiraan pendapatan mereka dan yang lainnya memperingatkan akan adanya pukulan besar terhadap laba.
General Motors Co memangkas prospek labanya karena terpapar tarif otomotif sebanyak US$5 miliar, sementara Ford Motor Co memperkirakan kerugian sebesar U$$1,5 miliar.
Produsen mobil top Jepang telah bergabung dengan paduan suara yang membunyikan alarm atas implikasi kebijakan dagang Trump yang terus berubah. Toyota Motor Corp mengatakan pihaknya memperkirakan kerugian ¥180 miliar pada keuangan operasional hanya dalam dua bulan dan Mazda Motor Co menahan proyeksi tahunan sambil memperingatkan dampak ¥10 miliar hanya untuk April.
Secara terpisah, Renault, yang memiliki sekitar 36% saham Nissan, mengatakan mereka memperkirakan akan mengalami kerugian sebesar €2,2 miliar (US$2,4 miliar) pada laporan keuangan kuartal pertamanya akibat upaya pemulihan yang dilakukan produsen mobil Jepang itu.
Espinosa mengatakan Nissan ingin meningkatkan kemitraannya dengan Renault di Eropa, India, dan Amerika Latin, serta bekerja sama dengan Mitsubishi di AS untuk mengembangkan truk pikap dan baterai kendaraan listrik. Nissan juga mungkin ingin bekerja sama dengan Honda di AS.
(bbn)
































