Adapun saham barang baku yang melaju pesat adalah, saham PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SOLA) melesat 29,5%, saham PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) menguat dengan kenaikan 16,6%. Saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) terapresiasi 15%.
Senada dengan saham konsumen non primer, saham PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) menguat 14%, saham PT MD Entertainment Tbk (FILM) terangkat 11,1% dan saham saham PT ERA Media Sejahtera Tbk (DOOH) melesat 10,9% yang juga turut mendukung penguatan IHSG.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif antara lain, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) melejit 13,7%, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Corp Tbk (INKP) lompat 8,84%. Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menguat 5,71%, dan saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) terbang 4,24%.
Investor mencermati lebih lanjut kelangsungan perekonomian Indonesia pada tahun 2025 ini diperkirakan akan tumbuh melambat di angka 4,80%, menurut hasil survei terbaru yang dihelat oleh Bloomberg terhadap 33 ekonom pada pekan lalu.
Perekonomian Indonesia yang mencatat pertumbuhan 4,87% pada kuartal pertama tahun ini, diperkirakan akan mencatat laju 4,80% pada Kuartal II–205. Angka proyeksi itu lebih rendah ketimbang prediksi para ekonom sebelumnya yang sempat mencapai 5%.
Laju Produk Domestik Bruto di angka 4,80% diprediksi bertahan hingga dua kuartal berikutnya sehingga membawa total capaian pertumbuhan ekonomi tahun ini tak lebih dari angka 4,80%.
Ekonomi RI pada 2026 diperkirakan sedikit menggeliat namun masih sulit mencapai laju 5%. Para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan PDB hanya akan tumbuh 4,90% pada tahun depan, lebih rendah ketimbang prediksi sebelumnya di 5,1%.
Para ekonom juga memperkirakan, Indonesia menghadapi potensi resesi dalam 12 bulan ke depan dengan probabilitas mencapai 10%, melansir 7 responden.
Besar probabilitas itu menjadi yang tertinggi sejak terakhir kali mencapai angka tersebut pada survei Juni 2024 lalu.
“Bagi Indonesia, dampak pengenaan tarif Trump mungkin tidak akan sekuat efek yang dirasakan oleh negara lain, di mana diperkirakan menggerus 0,6% dari PDB. Namun, dampak spillover masih menjadi risiko pelemahan ekonomi. Tambahan ketidakpastian berdampak buruk bagi kepercayaan investor, meningkatkan risiko arus keluar modal lebih lanjut dan volatilitas pasar keuangan,” kata Ahmad Mobeen, Senior Economist dari S&P Global Market Intelligence, dilansir dari Bloomberg News.
Para ekonom juga memperkirakan, Indonesia menghadapi potensi resesi dalam 12 bulan ke depan dengan probabilitas mencapai 10%, menurut 7 responden.
Besar probabilitas itu menjadi yang tertinggi sejak terakhir kali mencapai angka tersebut pada survei Juni 2024 lalu.
Ekonomi Indonesia ‘Hanya’ Tumbuh 4,87% di Kuartal I-2025, Terendah Sejak 2021
Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 4,87% pada Kuartal I-2025. Pertumbuhan ini tercatat terendah sejak Kuartal III-2021 lalu.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi ini juga berada di bawah konsensus. Hasil konsensus pasar yang dihimpun berdasarkan survei Bloomberg, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2025 akan tumbuh 4,92%.
BPS menyebut ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2025 tumbuh melambat 4,87% dibandingkan Kuartal I-2024 (year-on-year/yoy). Angka pertumbuhan ini berada di bawah pertumbuhan Kuartal I-2024 yang ada di level 5,1% yoy.
“Jika dibandingkan Kuartal IV-2024 atau kuartalan, ekonomi Indonesia terkontraksi 0,98%,” papar BPS.
Berdasarkan data yang diterbitkan, ekonomi Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Kuartal I-2025 atas dasar harga berlaku adalah Rp5.665,9 triliun. Sementara itu, atas dasar harga konstan, angkanya Rp3.264,5 triliun.
Dengan ekonomi Indonesia ditopang oleh aktivitas ekonomi dalam negeri.
(fad)






























