Logo Bloomberg Technoz

Apalagi, di negara asalnya, mereka juga sudah terkena dampak darurat militer yang terjadi di Korea tahun lalu.

Seperti diketahui, banyak perusahaan Korsel telah berinvestasi di industri kendaraan listrik dan baterai seperti Hyundai Motor Company, LGES, dan EcoPro. Mereka tertarik membangun industri di Indonesia selaku produsen nikel terbesar di dunia.

Hyundai sendiri telah merampungkan pabrik di Indonesia yang dapat memproduksi 150.000 unit per tahun pada 2022, dan berencana untuk memperluasnya menjadi 250.000 unit pada masa mendatang. Total investasi yang akan digelontorkan sebesar US$1,55 miliar (sekitar Rp26,1 triliun asumsi kurs saat ini).

Selain pabrik mobil, pabrik baterai juga dibangun melalui kongsi Hyundai dan LGES, HLI Green Power, yang menginvestasikan sekitar 1,5 triliun won untuk membangun pabrik baterai dengan kapasitas tahunan sebesar 10 GWh. Jumlah ini cukup untuk memberi daya pada 150.000 kendaraan listrik.

Sementara itu, EcoPro Group, yang dipimpin oleh orang terkaya Korsel yakni Lee Dong-chae tengah mempercepat integrasi vertikal baterai dengan mengakuisisi saham di pabrik pengolahan nikel Indonesia melalui afiliasinya, EcoPro Materials.

“Presiden Prabowo Subianto, yang mulai menjabat pada Oktober tahun lalu, adalah mantan perwira militer. Revisi UU Militer ini diharapkan dapat memperkuat Presiden Subianto dan kebijakan yang sedang ditempuhnya,” tulis New Daily.

Menurut pemberitaan media tersebut, investor Korsel mengkhawatirkan sejumlah aturan akan diperketat karena personel militer bakal diizinkan untuk merangkap jabatan di sejumlah lembaga pemerintah. Aturan tersebut disinyalir dapat berdampak pada perusahaan Korsel yang beroperasi di Tanah Air.

Di sisi lain, kebijakan Makan Bergizi Gratis (MBG) juga dinilai akan mengurangi manfaat pajak yang diberikan kepada perusahaan asing untuk mengamankan anggaran dalam negeri.

Salah satu sumber yang dikutip pemberitaan tersebut menyebutkan sejumlah perusahaan Korsel yang telah berinvestasi di RI dikhawatirkan akan berakhir menjadi kaki tangan TNI.

Dia juga mengingatkan perusahaan seperti EcoPro, yang belum sepenuhnya melaksanakan investasinya, perlu berhati-hati ketika kerja sama di Indonesia.

Hengkangnya LGES dari proyek yang dikenal dengan kode Proyek Titan itu diumumkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut pada Jumat (18/4/2025), mengutip alasan “perubahan kondisi pasar” sebagai faktor utama di balik keputusan mereka.

“Setelah mempertimbangkan dengan saksama lanskap pasar EV global yang terus berkembang, kami telah memutuskan bahwa proyek khusus ini tidak lagi sejalan dengan prioritas strategis kami,” ujar juru bicara LGES melalui pernyataan resmi.

Meski mundur dari Proyek Titan, LG Energy Solution mengklarifikasi bahwa operasi mereka yang ada di Indonesia akan terus berlanjut tanpa terpengaruh.

Proyek Omega, atau pabrik baterai Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, usaha patungan dengan Hyundai Motor Group yang didirikan pada tahun 2022, dipastikan akan mempertahankan jadwal produksinya.

"Komitmen kami terhadap Indonesia tetap kuat melalui operasi kami yang mapan," kata juru bicara LG. "Kami mengambil pendekatan yang lebih selektif terhadap investasi di lingkungan pasar saat ini, dengan berfokus pada fasilitas dengan potensi produksi langsung daripada proyek pengembangan jangka panjang."

Kabar hengkangnya LGES dari Proyek Titan juga dikonfirmasi oleh Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo saat ditemui medio pekan lalu, dalam wawancara dengan beberapa media pada Kamis (17/4/2025).

(mfd/wdh)

No more pages