Eric Johnson - Bloomberg News
Bloomberg, SpaceX, United Launch Alliance, dan Blue Origin memenangkan kontrak miliaran dolar untuk meluncurkan sejumlah satelit paling sensitif dan kompleks milik Pentagon Amerika Serikat hingga 2029, Jumat lalu.
Hal ini semakin menguatkan hubungan pemilik perusahaan roket SpaceX, Elon Musk dengan Pemerintahan Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump. Proyek ini juga menjadi tantangan besar terhadap perusahaan patungan Boeing Co dan Lockheed Martin Corp yaitu ULA untuk terlibat dalam 54 misi penerbangan roket ke luar angkasa.
ULA sendiri mendapatkan sertifikasi untuk Roket Vulcan barunya, pekan lalu. Sedangkan, perusahaan Jeff Bezoz Blue Origin akan terlibat usai roketnya berhasil mencapai orbit dengan New Glenn, Januari lalu.
Komando Sistem Antariksa AS mengatakan dalam sebuah siaran pers bahwa SpaceX memenangkan kontrak senilai US$5,9 miliar; United Launch Alliance diperkirakan akan menerima US$5,4 miliar; dan Blue Origin sekitar US$2,4 miliar. Totalnya mencapai US$13,5 miliar atau setara Rp223,56 triliun.
Dengan kontrak ini, SpaceX kemungkinan akan menerbangkan 28 misi, atau sekitar 60% dari total misi, sedangkan ULA sekitar 19 misi atau sekitar 40%.
“Arsitektur peluncuran luar angkasa yang kuat dan tangguh adalah fondasi kemakmuran ekonomi dan keamanan nasional kita,” kata Kepala Operasi Luar Angkasa AS, Jenderal Chance Saltzman, dalam sebuah pernyataan.
Kontrak 58 misi peluncuran roket ini menjadi bagian dari proyek Pentagon yang diberi nama Jalur 2 Fase 3. Kontrak ini terpisah dari kelas misi yang akan diberikan Pentagon kepada kelompok penyedia peluncuran lainnya, yang meliputi SpaceX, ULA, Blue Origin, serta Rocket Lab dan Stoke Space.
SpaceX tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar tentang penghargaan tersebut, yang garis besarnya pertama kali dilaporkan oleh Reuters.
(bbn)































