Saat pertama kali meluncurkan iPhone pada tahun 2007, Apple menggunakan konektor 30-pin yang sebelumnya sudah digunakan pada iPod. Konektor ini cukup besar dan mendukung transfer data serta pengisian daya melalui USB 2.0, dengan kecepatan maksimum 480 Mbps dan daya hingga 12W.
Meski konektor ini kompatibel dengan banyak aksesori Apple saat itu, ukurannya yang besar dan orientasi satu arah membuatnya kurang praktis.
Gen 2 charging port
Alhasil pada tahun 2012, Apple memperkenalkan Lightning, konektor baru dengan desain 8-pin yang lebih kecil, lebih ringan, dan bisa digunakan dalam orientasi apa pun (reversible). Port ini juga tetap berbasis USB 2.0, tetapi tidak mendukung standar USB 3 untuk kecepatan transfer lebih tinggi.
Lightning menjadi standar iPhone selama lebih dari satu dekade, meskipun banyak produsen perangkat lain beralih ke USB-C. Apple tetap mempertahankan Lightning untuk kontrol ekosistem aksesori mereka, hingga akhirnya regulasi memaksa perubahan.
Gen 3 charging port
Pada 2020, Apple memperkenalkan MagSafe pada iPhone 12. Teknologi ini menggunakan magnet untuk menyambungkan aksesori dan pengisi daya nirkabel dengan lebih mudah. MagSafe mendukung pengisian hingga 15W, lebih cepat dari Qi standar, tetapi tetap lebih lambat dibandingkan pengisian kabel.
Gen 4 charging port
Pada 2023, Apple akhirnya beralih ke USB-C dengan iPhone 15. Hal ini dilakukan lantaran sebagian besar karena tekanan dari Uni Eropa yang mewajibkan standar pengisian universal.
Namun, Apple tetap membedakan kemampuan transfer data antara model reguler (USB 2.0, 480 Mbps) dan model Pro (USB 3.0, hingga 10 Gbps).
Meskipun banyak pengguna menyambut USB-C sebagai langkah yang lebih praktis, Apple mungkin sudah merencanakan masa depan tanpa port sama sekali.
(wep)
































