Biro statistik menjelaskan bahwa faktor kunci untuk penurunan inflasi adalah efek dari basis yang tinggi dari tahun sebelumnya, yang disebabkan oleh kenaikan harga yang disebabkan oleh pengeluaran selama Tahun Baru Imlek.
Festival dimulai lebih awal dari biasanya pada tahun 2025. Ini adalah hari libur yang jatuh sepenuhnya pada Februari 2024, tetapi berlangsung dari 28 Januari hingga 4 Februari tahun ini.
Ketika disesuaikan dengan perubahan musiman, biro statistik memperkirakan inflasi konsumen sebenarnya naik 0,1% dari tahun sebelumnya di bulan Februari, menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Minggu.
Gambaran yang lebih jelas mengenai lintasan inflasi China akan muncul di bulan Maret, karena para investor mencari ragam sinyal bahwa stimulus pemerintah diterjemahkan ke dalam permintaan domestik yang lebih kuat. Negara ini berada di jalur penurunan harga terpanjang di seluruh perekonomian sejak tahun 1960an sebagai akibat dari lemahnya belanja, sementara kejatuhan properti belum mencapai titik terendah.
China telah menetapkan target inflasi pada level terendah dalam lebih dari 20 tahun terakhir dan sekarang menargetkan pertumbuhan harga konsumen menjadi sekitar 2% pada tahun 2025 - turun dari target sebelumnya sebesar 3%.
Hal tersebut adalah sebuah sinyal bahwa para pemimpin negara akhirnya menyadari tekanan deflasi yang membebani negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini, dengan inflasi konsumen yang terjebak di angka 0,2% selama dua tahun terakhir.
David Qu, Ekonomi Bloomberg menjelaskan, “data harga Februari yang lebih lemah dari perkiraan menyoroti lemahnya permintaan dan kebutuhan mendesak bagi para pembuat kebijakan untuk memberikan stimulus yang dijanjikan dengan cepat. Tanpa dorongan yang kuat dari kebijakan fiskal dan moneter, tekanan deflasi akan terus membebani perekonomian.”
Urgensi muncul untuk pemerintah untuk merevitalisasi ekonomi. Pada sidang parlemen tahunan hari Rabu, China mengumumkan target pertumbuhan ekonomi yang ambisius sebesar 5% untuk tahun 2025, meskipun ada ancaman perang dagang yang semakin intensif dengan AS. Beijing juga memaparkan rencana untuk meningkatkan stimulus fiskal dan konsumsi domestik.
Namun, perhitungan Bloomberg berdasarkan estimasi defisit China menunjukkan pertumbuhan ekonomi nominal diperkirakan sekitar 5% tahun ini, sesuai dengan target inflasi yang disesuaikan oleh Beijing. Perkiraan ini menunjukkan bahwa para pejabat mengantisipasi sedikit atau bahkan tidak ada inflasi secara keseluruhan.
(bbn)