“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi,” tulis laporan BI.
Sebagai informasi, rupiah melemah 1,69% terhadap dolar Amerika Serikat di sepanjang bulan lalu. Rupiah menjadi mata uang Asia dengan depresiasi terdalam pada Februari 2025.
Mata uang rupiah juga sempat menyentuh level terendah Rp 16.592/US$. Ini adalah yang terlemah sejak krisis moneter 1998.
Pengumuman tersebut bertepatan setelah pada bulan-bulan sebelumnya angka CADEV RI berhasil memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa.
Posisi CADEV pada Februari menjadi yang pamungkas sebelum dimulainya kebijakan penempatan wajib Devisa Hasil Ekspor sebesar 100% selama 12 bulan di sistem perbankan dalam negeri.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, tercatat masih ada penguatan sebanyak 315 saham, dan sejumlah 228 saham terjadi pelemahan. Sedang 235 saham stagnan.
Pergerakan saham-saham teknologi, saham konsumen barang baku, dan saham properti menjadi penopang utama kenaikan laju IHSG di zona hijau dengan menguat mencapai 4,68%, 3,08% dan 1,52%.
Adapun saham-saham teknologi yang melaju pesat adalah, saham DCII melesat 9,98%, saham NINE terbang dengan kenaikan 9,18%. Saham DMMX menguat 2,95%.
Sementara saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ikut menguat dan menetap di zona hijau searah dengan indeks utama dengan menguat 0,12% ke posisi 754,29.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif antara lain, saham INCO melejit 10,2%, saham INKP lompat 6,44%. Saham UNVR menguat 5,71%, dan saham BRPT terbang 1,84%.
Untuk pasar saham Asia kompak bergerak bervariasi pada siang hari. Indeks NIKKEI 225 melemah 2,12%, indeks TOPIX jatuh 1,53%, indeks Hang Seng Hong Kong melesat 0,55%, dan indeks Strait Times Singapore hijau 0,05%.
(fad)




























