Logo Bloomberg Technoz

Saat Pensiun PLTU di RI Masih Dianggap Beban, Bukan Peluang

Mis Fransiska Dewi
08 February 2025 20:00

Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan ekonom energi berpandangan komitmen pemadaman pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara di Indonesia tampak setengah hati ketika dicermati di tataran implementasinya. Pemerintah dinilai menjalankan program transisi energi ini sebagai beban, bukan peluang.

Padahal, pernyataan awal Prabowo mengenai rencana penutupan seluruh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara dalam 15 tahun pada KTT G-20 November tahun lalu di Brasil sempat disambut dengan antusias oleh dunia.

Apalagi, Prabowo juga berjanji akan mengembangkan pembangkit EBT berkapasitas 75 gigawat (GW).

Sayangnya, hingga saat ini Indonesia masih belum memiliki rencana yang terperinci untuk memastikan keberhasilan pensiun dini PLTU secara bertahap hingga 2040. Terlebih, per 2023, masih terdapat sebanyak 253 PLTU yang beroperasi di Indonesia.

Hal itu nampak dari rencana penutupan PLTU Cirebon 1 yang hingga kini tak kunjung terealisasi, meskipun telah diumumkan secara luas sebagai bagian dari strategi transisi energi RI.

Rencana pensiun dini PLTU Cirebon-1./dok. Kementerian ESDM