Logo Bloomberg Technoz

Pasar Cermati Inagurasi Trump, Rupiah Diprediksi Makin Lemah

Tim Riset Bloomberg Technoz
20 January 2025 07:40

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Setelah mencatat kinerja sebagai mata uang terburuk di Asia pekan lalu, dengan pelemahan hingga 1,11% di pasar spot, hari ini rupiah memasuki pekan baru di mana akan ada peristiwa bersejarah dalam geopolitik global.

Peristiwa itu adalah pengambilan sumpah jabatan Donald Trump, sebagai Presiden AS ke-47 sekaligus menandai periode kedua Trump di Gedung Putih. Kembalinya Trump ke Gedung Putih dengan sejumlah rencana kebijakan tarif dan pengetatan imigran di AS, telah memantik kekhawatiran pasar akan terjadinya reinflasi yang bisa mendorong bunga acuan kembali tinggi. Kesemua itu potensial membuat aset-aset emerging market, termasuk rupiah, yang telah menjadi bulan-bulanan sekian lama, akan semakin tertekan.

Pada perdagangan di pasar spot, rupiah kemungkinan masih akan sulit bergerak menguat dengan meyakinkan. Tren keperkasaan dolar AS masih belum terhenti. Para pelaku pasar kemungkinan juga masih akan cenderung berhati-hati dan menjauhi aset berisiko, sampai ada titik terang lebih meyakinkan terkait arah kebijakan Trump setelah resmi diambil sumpahnya.


Menutup pekan lalu, DXY, indeks yang mengukur kekuatan the greenback terhadap enam mata uang utama dunia, menguat lagi ke 109,34. 

Donald Trump berpidato dalam sebuah rapat umum di Capital One Arena menjelang pelantikan presiden ke-60. (Fotografer: Al Drago/Bloomberg)

Meski begitu, secara mingguan, DXY mencatat pelemahan 0,28%. Itu menjadi pelemahan mingguan pertama kali setelah enam pekan berturut-turut membukukan penguatan.