Matthew Burgess - Bloomberg News
Bloomberg, Bursa saham Asia diperkirakan menguat pada perdagangan awal Senin (20/01/2025), mengikuti kenaikan pasar saham AS setelah percakapan positif antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menjelang pelantikan Trump untuk masa jabatan keduanya.
Saham berjangka di Australia, Jepang, dan Hong Kong menunjukkan potensi kenaikan. Sementara itu, indeks saham China yang tercatat di AS melonjak 3,2% pada Jumat (19/01/2025) setelah Trump menyebut percakapan dengan Xi “sangat baik.” Di sisi lain, bursa AS akan ditutup pada Senin karena hari libur nasional.
Trump dan Xi membahas sejumlah isu, termasuk perdagangan, TikTok, dan fentanyl, yang berpotensi memengaruhi hubungan kedua negara di awal masa jabatan Trump. Sentimen pasar semakin positif setelah TikTok mulai kembali beroperasi di AS pada Minggu (19/01/2025). Trump juga mengumumkan penghentian sementara pemberlakuan undang-undang yang mewajibkan pemilik TikTok untuk menjual aplikasi tersebut dalam waktu tiga bulan.
Namun, para pelaku pasar tetap waspada terhadap kebijakan Trump di periode kedua, seperti pemotongan pajak dan kenaikan tarif, yang dapat memicu perang dagang berkepanjangan. Investor juga mengkhawatirkan dampak kebijakan imigrasi terhadap perekonomian AS serta ketegangan geopolitik, terutama karena Trump sudah mengambil sikap keras terhadap beberapa sekutu tradisional AS seperti Kanada, Meksiko, dan Eropa.
“Percakapan ramah antara Trump dan Xi, meskipun hanya jeda sementara dalam persaingan strategis yang tak terelakkan, menjadi bahan bakar tambahan untuk memicu optimisme di pasar saham,” ujar Kyle Rodda, analis senior di Capital.com, Melbourne.

Menjelang pelantikan Trump pada Senin malam, bank-bank komersial China akan mengumumkan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu tengah bergulat dengan lemahnya permintaan domestik. Analis memperkirakan suku bunga akan tetap tidak berubah selama tiga bulan berturut-turut, karena Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) enggan menurunkan suku bunga lebih lanjut akibat tekanan pada yuan.
Sementara itu, Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) akan menggelar rapat kebijakan pada Jumat. Sekitar 75% ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga utamanya, dengan peluang kenaikan mencapai 99% menurut indeks swap. Faktor-faktor seperti revisi naik pada proyeksi harga dan pertumbuhan upah yang kuat mendukung kemungkinan langkah ini.
Di kawasan Asia lainnya, imbal hasil obligasi Australia sedikit meningkat pada awal perdagangan, mengikuti jejak obligasi AS. Sebagian kecil pelaku pasar obligasi memperkirakan bahwa langkah Federal Reserve berikutnya adalah menaikkan suku bunga, berbeda dengan konsensus pasar yang memprediksi penurunan suku bunga.
Dolar yang Kuat
Dolar AS menguat lebih dari 5% dalam 10 minggu sejak Hari Pemilu, meskipun reli enam minggunya terhenti pada Jumat. Penguatan dolar ini didorong oleh pelemahan mata uang global seperti euro dan dolar Kanada, yang rentan terhadap kebijakan ekonomi Trump.
Peso Meksiko, mata uang favorit para pedagang untuk dipertaruhkan menjelang pemungutan suara, telah melemah lebih dari 3% terhadap dolar AS sejak pemilihan, bahkan lebih baik daripada sebagian besar dari 31 mata uang utama lainnya yang dilacak oleh Bloomberg.

Yuan China juga mengalami penurunan lebih dari 3% terhadap dolar sejak 5 November 2024, akibat risiko tarif dan perbedaan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan China. PBOC telah melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan mata uang tersebut.
Di pasar komoditas, harga minyak mencatat kenaikan mingguan keempat, menjadi tren terpanjang sejak Juli. Kebijakan agresif pemerintahan Biden terhadap minyak Rusia memengaruhi tren ini. Sementara itu, harga emas meningkat untuk pekan ketiga berturut-turut.
(bbn)