Bloomberg Technoz, Jakarta - Perusahaan Investasi BlackRock menyatakan aset kripto hari ini merupakan instrumen lindung nilai “yang unik” di tengah risiko global, disampaikan dapat whitepaper-nya kepada nasabah.
BlackRock mengatakan bahwa kliennya sebagian besar melihat Bitcoin sebagai asuransi terhadap kemungkinan krisis utang Amerika Serikat (AS). “Bitcoin memiliki 'sedikit eksposur fundamental' terhadap variabel makro yang memengaruhi kelas aset lainnya, dilansir dari Decrypt, Kamis (19/9/2024).
Penilaian analis BlackRock ini mempertimbangkan bahwa persediaan pasokan Bitcoin yang terbatas, sifat global, dan kemudahan transfer lintas batas.
“Kekhawatiran yang berkembang di AS dan luar negeri atas kondisi defisit dan utang federal AS telah meningkatkan daya tarik aset cadangan alternatif potensial sebagai lindung nilai potensial terhadap kemungkinan kejadian di masa depan yang memengaruhi dolar AS,” tulis analis BlackRock.
Ditegaskan pengelola investasi di instrumen ETF Spot Bitcoin terbesar ini, Bitcoin memang "berisiko" tapi bukan "aset berisiko".
Dokumen BlackRock sebanyak 9 halaman tersebut menjelaskan meskipun Bitcoin adalah aset yang sulit dianalisis oleh banyak investor "dibandingkan dengan aset tradisional" namun instrumen ini menjadi diversifikasi yang unik, dilaporkan TheBlock, Kamis.
Pada Kamis pagi waktu Indonesia Bitcoin sempat bergerak datar usai keputusan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mengurangi suku bunga untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Bitcoin bergerak di area US$60.000, namun hingga pukul 10..55 gerak positif terjadi.
Bitcoin bertumbuh 2,6% dibandingkan perdagangan Rabu (18/9/2024), dan kembali menembus zona US$62.000. Dalam 30 menit terakhir perdagangan Bitcoin bergerak pada area US$62.115-US$62.140.
50 bps menjadi keputusan dalam hasil rapat FOMC Kamis dini hari waktu Indonesia, dengan bank sentral AS ini mendukung penurunan suku bunga setidaknya setengah poin lagi selama dua pertemuan di sisa tahun 2024, dalam voting lewat keunggulan tipis 10 dari 19 pejabat.
"Secara teori, ini bisa menjadi sinyal bahwa The Fed memangkas 50 bps karena mereka khawatir tentang sesuatu. Jika mereka berpikir kita berada di ambang resesi, mungkin mereka merasa lebih terdesak untuk memotong dengan cepat," ucap Spencer Hallarn, kepala global perdagangan over-the-counter di perusahaan investasi kripto GSR, dikutip dari Bloomberg News.
(fik/wep)