Logo Bloomberg Technoz

Kuartal IV-2023, Investor Asing Bakal Borong Saham di RI

Ruisa Khoiriyah
06 April 2023 11:16

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (IHSG). (Bloomberg Tachnoz/ Andrean Kristianto)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (IHSG). (Bloomberg Tachnoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketakutan pelaku pasar atas resesi di Amerika dan Eropa telah mengungkit pamor pasar surat utang Indonesia. Surat Berharga Negara (SBN) menjadi buruan para pemodal global hingga mencatat pembelian bersih lebih dari Rp 50 triliun dalam tiga bulan 2023. Animo pemodal global pada obligasi rupiah diprediksi akan berlanjut hingga September nanti.

Di saat yang sama, minat pemodal terhadap instrumen investasi yang dinilai lebih berisiko seperti saham, akan relatif kecil di tengah risiko resesi Amerika yang masih tinggi. 

“Bila data ketenagakerjaan Amerika positif [sesuai ekspektasi pasar], ada potensi shifting ke obligasi rupiah akan semakin deras. Sedangkan ke pasar saham akan relatif kurang menarik paling tidak hingga akhir kuartal III-2023,” kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, Rabu (5/4/2023).

Sinyal resesi Amerika menguat setelah data terbaru yang dirilis oleh Institute of Supply Management (ISM) mencatat, aktivitas sektor jasa AS yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) pada Maret 2023 berada di 51,2, menurun jauh dari Februari sebesar 55,1 dan lebih rendah dibanding perkiraan konsensus analis sebesar 54,5. Level itu juga menjadi yang terendah dalam 3 bulan terakhir.

Yield US Treasury tenor 10 tahun dan 2 tahun, obligaasi yang diterbitkan pemerintah Amerika, langsung turun ke level 3,29%. Sedangkan tenor 2 tahun berada di level 3,75%. Ini membawa selisih yield dengan Surat Utang Negara (SUN/INDOGB) menjadi 340 bps. Pada pukul 10:09, yield SUN tenor 10 tahun menurun di kisaran 6,691% mengindikasikan ada banyak permintaan terhadap obligasi rupiah sehingga harganya terungkit naik.