Logo Bloomberg Technoz

Harga Mobil Makin Terjangkau, Tapi Tetap Tak Terbeli

Ruisa Khoiriyah
20 May 2024 12:40

Logo Toyota pada salah satu gerai penjualan mobil milik Astra International. (Dok NG SWAN TI/Bloomberg)
Logo Toyota pada salah satu gerai penjualan mobil milik Astra International. (Dok NG SWAN TI/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Penjualan mobil di Indonesia semakin terpuruk tahun ini dengan penurunan cukup dalam pada April baik di tingkat pabrikan ke dealer (wholesales) maupun dealer ke konsumen (retail). Tren penjualan mobil yang lemah itu sejatinya telah berlangsung sejak tahun lalu dan semakin memburuk di kuartal awal tahun ini.

Kelesuan penjualan mobil ini memantik keresahan bila menilik kontribusi industri alat angkutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 1,5% tahun lalu dan termasuk salah satu sektor penyumbang ekspor Indonesia ke pasar mancanegara.

Tak kurang, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati menunjuk kontraksi penjualan mobil dan sepeda motor sebagai hal yang perlu diwaspadai karena bisa menjadi salah satu sinyal pelemahan ekonomi akibat tekanan daya beli masyarakat. Belanja barang tahan lama (durable goods) seperti mobil dan sepeda motor yang melemah, bisa mensinyalkan konsumsi masyarakat yang tertekan.

Namun, benarkah kelesuan penjualan mobil dan sepeda motor adalah karena daya beli konsumen yang semakin lesu? Kajian yang dilakukan oleh Bahana Sekuritas memperlihatkan, tren penurunan penjualan mobil saat ini justru berlangsung di tengah harga mobil yang relatif lebih terjangkau bila membandingkan antara inflasi harga mobil dengan tren pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Melacak data pergerakan harga Toyota Avanza, mobil paling laris di Indonesia lebih dari satu dekade terakhir hingga disebut sebagai 'mobil sejuta umat', sejak 2011 sampai saat ini kenaikannya berkisar 4% per tahun. Kenaikan harga Avanza itu tidak terlalu jauh dengan rata-rata inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 13 tahun terakhir yang rata-rata berkisar 4,1% per tahun.