Logo Bloomberg Technoz

Hati-Hati, Utang Indonesia Bisa Bengkak

Ruisa Khoiriyah
07 May 2024 13:45

Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Turbulensi yang sempat menghantam nilai tukar rupiah hingga menjebol level psikologis terendah sejak 2020 silam, akibat aksi jual masif di pasar surat utang, telah melesatkan level imbal hasil surat berharga negara (SBN) di hampir semua tenor. 

Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan BI rate 25 bps ke 6,25% sebagai respon atas tekanan pada rupiah, menggarisbawahi era bunga tinggi akan berlangsung lebih lama dan berpengaruh pada tingkat bunga di pasar termasuk imbal hasil surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah.

Lonjakan imbal hasil terjadi karena aksi jual investor selama April di pasar SBN hingga mencapai Rp47,26 triliun. Yield SBN 10 tahun naik 50 bps hingga sempat menyentuh 7,21%, sedang tenor pendek 1 tahun dan menengah 5Y masing-masing melesat 78 bps dan 50,6 bps masing-masing ke 7,09% dan 7,13%.

Tenor panjang juga tak kalis dari tekanan jual. Imbal hasil SBN 15Y, 20Y dan 30Y masing-masing melonjak 30,9 bps, 19,2 bps dan 17,1 bps pada April. 

Tekanan jual di pasar SBN yang menyeret rupiah itu memang relatif telah mereda saat ini dengan kembalinya asing masuk dan menurunkan imbal hasil kembali ke kisaran 6,88% untuk tenor 10Y dan 3Y ke 6,89% sampai perdagangan siang hari ini, Selasa (7/5/2024).