Logo Bloomberg Technoz

AS Bikin Deal Nikel dengan Filipina, Bagaimana dengan RI?

Dovana Hasiana
13 April 2024 12:30

Tambang nikel di Australia Barat../Bloomberg-Ron D'Raine
Tambang nikel di Australia Barat../Bloomberg-Ron D'Raine

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pengamat energi Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa menilai rencana Amerika Serikat (AS) untuk mendukung proyek infrastruktur, semikonduktor, dan pemrosesan nikel di Filipina memiliki hubungan dengan geopolitik di bidang energi. 

Dalam kaitan itu, AS mencari negara strategis untuk bersaing serta menguasai pasar dan industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Asia Tenggara, khususnya pada negara anggota Association of Southeast Asian Nations (Aean). 

Sebab, Iwa mengatakan, China merupakan salah satu negara yang gencar dalam menguasai industri EV. Dalam kaitan itu, pengembangan teknologi semikonduktor dibutuhkan karena bermanfaat dalam industri baterai berbasis nikel. 

Terlebih, Negeri Panda sudah menguasai investasi penghiliran nikel di Indonesia, baik dari segi sumber daya hingga penetrasi pasar. 

“AS cukup sulit untuk masuk di Indonesia karena sudah dikuasai oleh China, sumbernya serta penetrasi pasar sudah dilakukan oleh negara tersebut,” ujar Iwa saat dihubungi, Sabtu (13/4/2024).