Namun, BoJ menyatakan masih akan melanjutkan pembelian surat utang pemerintah (JGB) dengan nilai yang sama seperti sebelumnya. Sementara untuk obligasi komersial dan korporat, BoJ berencana mengurangi pembelian.
Keputusan kenaikan bunga diambil melalui pengambilan suara yang dimenangkan dengan skor 7:2 di mana anggota Dewan Gubernur BoJ Nakamura dan Noguchi mengambil posisi berbeda.
Indeks saham Jepang, Nikkei, semula tergerus 0,2% saat keputusan BoJ disiarkan dan indeks Topix naik 0,2%. Namun, setelah semua pernyataan BoJ diumumkan, Nikkei berbalik naik 0,3% dan Topix naik 0,6%. Sementara yen Jepang melemah 0,4% ke kisaran 149,75 per dolar AS.
Keputusan mengakhiri rezim bunga negatif yang sudah bertahan sejak 2016 dan menaikkan bunga pertama kali sejak 2007 dilatarbelakangi oleh kepentingan bank sentral untuk mengendalikan inflasi di negeri itu.
Ada potensi laju inflasi Negeri Sakura itu naik di atas 2% di mana hal tersebut bisa semakin mungkin terjadi akibat keputusan serikat pekerja di Jepang menaikkan upah tahun ini.
Negosiasi upah pekerja tahun ini menghasilkan keputusan upah pekerja di Jepang naik rata-rata 5,28%, menjadi kenaikan tertinggi dalam lebih dari tiga dekade terakhir.
Upah yang naik akan mendongkrak daya beli konsumen di Jepang sehingga bisa berdampak pada inflasi. Perhitungan BoJ, kenaikan gaji pokok pekerja sebesar 3,7% maka hal tersebut bisa mempertahankan inflasi stabil di kisaran 2%.
Dampak kenaikan suku bunga Jepang itu bisa signifikan pada aliran modal di pasar global mengingat nilai dana pemodal Jepang di luar negeri cukup besar, terutama bila keputusan hari ini akan berlanjut menjadi langkah pengetatan moneter lebih kuat ke depan. Dana para pemodal Jepang di offshore market bisa pulang kembali ke Negeri Sakura, atau minimal jadi lebih kecil mengalir ke luar, termasuk ke Indonesia.
(rui)