Logo Bloomberg Technoz

Dolar AS Makin Digdaya, Rupiah Bisa Makin Lemah

Tim Riset Bloomberg Technoz
29 February 2024 07:50

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah bersiap semakin melemah dalam perdagangan di pasar spot hari ini, Kamis (29/2/2024). Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) akan menyempitkan peluang bagi mata uang lawannya untuk bergerak menguat hari ini.

Tadi malam, indeks dolar AS melesat 0,14% ke 103,97 setelah dalam intraday di Asia sempat menyentuh 104. Data revisi pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2023 lebih kecil angkanya ketimbang prediksi pasar (3,2% vs 3,3%), bercampur dengan data pengeluaran pribadi AS yang lebih tinggi ketimbang konsensus (3% vs 2,7%).

Data itu menguatkan otot dolar AS dan harga Treasury, surat utang AS. Akan tetapi, harga saham di Wall Street rontok di mana indeks Nasdaq, indikator saham-saham teknologi, tergerus 0,55% dan S&P 500 ditutup kehilangan 0,17% nilai.

Malam ini, perhatian pasar akan beralih pada rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE), data pendapatan dan konsumsi pribadi juga klaim pengangguran. Data-data itu akan memberi arahan lebih jelas kebijakan bunga Federal Reserve tahun ini. Pelaku pasar terus menurunkan ekspektasi penurunan bunga tahun ini dari tadinya 150 bps, kini jadi nyaris setengahnya, tidak berbeda dengan dot plot The Fed.

Lanskap global seperti ini belum akan memberi peluang bagi rupiah untuk menguat hari ini. Di pasar forward, kontrak NDF 1 bulan rupiah semalam ditutup kembali melemah di pasar New York ke posisi Rp15.728/US$, pelemahan empat hari perdagangan berturut-turut.