Logo Bloomberg Technoz

Namun, produk itu tetap tidak dikenakan BMAD karena banyak industri dalam negeri yang membutuhkan produk CRS dari China karena harganya yang lebih murah. 

Dari hasil penyelidikan, padahal, ditemukan satu negara yang seharusnya diganjar BMAD 100% yang membuat harga produknya jauh lebih murah dan membuat industri dalam negeri tertekan.

Gulungan baja nirkarat atau stainless steel./Bloomberg-Andrey Rudakov

“Ya luar biasa lah 1 lawan China, tidak kebayang. Jadi industri dalam negeri sulit menjual produksi dia. Industri datang ke kita, dilakukan penyelidikan, ternyata peminatnya atau industri pengguna lebih banyak. Semua protes, protes ke kita, protes ke pemerintah. Akhirnya pemerintah memutuskan menolak,” ujarnya.

“Walaupun sudah terbukti dumping luar biasa. Importir[industri pengguna] ramai-ramai bikin petisi buat menteri, kalau sudah begini susah. Padahal, rekomendasinya harus dikenakan BMAD. Jadi kalau tidak mau dikenakan [BMAD] setinggi itu ya harusnya lesser duty ditawarkan,”  

Efek Samping

Di lain sisi, lanjut Donna, pemerintah juga mengkhawatirkan nasib industri hilir yang melibatkan banyak pekerja. Penerapan BMAD tentu bakal meningkatkan biaya untuk membeli CRS sebagai bahan baku dan pada akhirnya akan meningkatkan biaya produksi.

Selain itu, pemerintah juga memutuskan untuk tidak mengenakan BMAD karena mempertimbangkan dampak makro dari pengenaan BMAD terhadap investasi dan perekonomian Indonesia.

Kesimpulannya, tegas Donna, terdapat beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menerapkan BMAD. Dalam hal ini, KADI merupakan otoritas yang hanya berwenang untuk melakukan penyelidikan, tetapi keputusan pengenaan BMAD berada di tangan pemerintah.

Pada kenyataannya, terdapat beberapa keuntungan bila BMAD diterapkan, salah satunya melindungi industri dalam negeri. Saat itu terdapat produsen yang memproduksi CRS sesuai kebutuhan Indonesia. 

Selama ini, China memang sudah berinvestasi di Indonesia untuk memproduksi CRS, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Dengan demikian, Indonesia harus kembali mengimpor CRS dari China yang sesuai dengan kebutuhan. 

“China juga sebenarnya investasi di Indonesia untuk CRS, tetapi dia tidak memproduksi CRS yang kita butuhkan dari speknya. China produksi CRS yang dibutuhkan negara sendiri. Jadi [produksi CRS di Indonesia] akan diekspor ke China, nanti CRS kebutuhan kita diimpor dari China lagi,” pungkasnya.

Di lain sisi, terdapat peningkatan impor CRS dari Korea Selatan, tetapi juga terdapat penurunan impor CRS dari negara lainnya yang terbukti melakukan dumping.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah KADI, realisasi impor untuk CRS dari Korea Selatan naik dari 12.738 pada 2019 menjadi 17.106 metrik ton (mt) per November 2023. 

Sementara itu, impor dari China turun dari 79.522 mt pada 2019 menjadi 45.034 mt per November 2023. Impor dari Thailand turun dari 2.464 mt pada 2019 menjadi 1.901 mt per November 2023. 

Setala, impor dari Malaysia turun dari 11.076 mt pada 2019 menjadi 814 mt per November 2023. Selain itu, impor dari Taiwan turun dari 2.342 mt pada 2019 menjadi 1.881 per November 2023. Terakhir, impor dari Singapura juga turun dari 2.050 mt pada 2019 menjadi 280 mt per November 2023. 

(dov/wdh)

No more pages