Logo Bloomberg Technoz

Mobil ini juga sebelumnya diperkenalkan di Shanghai Auto Show, sebuah pameran otomotif di Negeri Panda pada Februari 2023 lalu, dengan varian pertama menggunakan baterai LFP.

Namun, seiring dengan perkembangannya, dengan bekerja sama dengan perusahaan teknologi yakni HiNa Battery, dan mereka berhasil melakukan inovasi dan bakal menggunakan baterai EV berbasis natrium-ion tersebut.

Penggunaan LFP untuk baterai kendaraan listrik makin populer./dok. Bloomberg

Spesifikasi

Mobil tersebut diklaim mampu menempuh jarak 252 kilometer dengan kapasitas baterai 25 kWh yang menggunakan sel baterai Hina NaCR 32140. 

Kepadatan energinya dilaporkan sebesar 120 Wh/kg dan memungkinkan pengisian daya 3C hingga 4C.

JAC merakit baterai dalam struktur sarang lebah modular Unitized Encapsulation (UE) milik perusahaan, mirip dengan pengaturan sel-ke-paket CATL dan baterai Blade BYD — tata letak yang dapat memberikan stabilitas dan kinerja lebih baik.

Adapun, natrium-ion sendiri merupakan berbasis senyawa garam atau sodium. Para peneliti mengungkapkan, baterai natrium-ion terbukti tidak terlalu terpengaruh oleh suhu dingin — masalah yang terus-menerus yang terjadi pada baterai berbasis lithium.

Terlebih, sodium cenderung lebih mudah ditemukan jika ingin digunakan sebagai bahan baku baterai listrik. Tidak hanya itu, baterai berbahan baku senyawa garam ini memiliki harga yang lebih ekonomis dibandingkan dengan baterai litium yang juga membutuhkan mineral logam lain seperti kobalt dan nikel.

Akan tetapi, sodium diklaim memiliki kepadatan sel (battery cell) – yang digunakan untuk menyimpan energi – jauh lebih rendah dibandingkan dengan litium.

Meskipun kepadatan energi baterai sodium-ion yang rendah berarti tidak cocok untuk EV yang lebih besar, baterai ini dapat digunakan sebagai pengganti litium pada kendaraan kelas bawah atau jarak tempuh yang lebih pendek.

Kandungan ini juga berpeluang dapat menyimpan energi jaringan listrik, di mana ukurannya tidak menjadi masalah.

Riset BloombergNEF melaporkan bahwa sodium harus mengurangi sekitar 272.000 ton permintaan litium pada tahun 2035, atau lebih dari 1 juta ton jika pasokan litium tidak dapat memenuhi penggunaan.

“Perubahan pada campuran logam dalam baterai telah mengubah prospek penawaran dan permintaan serta menurunkan harga [komoditas logam]. Kobalt dan nikel – yang beberapa tahun lalu terlihat menghadapi kekurangan jangka panjang – perkiraan permintaannya direvisi karena munculnya sel-sel yang tidak menggunakannya. Dan potensi perubahan harga yang besar terutama terlihat pada litium,” papar riset itu, akhir tahun lalu.

(ibn/wdh)

No more pages