Bloomberg Technoz, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) tahap 2 di lapangan Kaliberau wilayah kerja (WK) Blok Sakakemang.
"[Blok] Sakakemang juga PoD-nya telah disetujui," ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam konferensi pers, Juamt (12/1/2023).
Dengan demikian, blok yang berlokasi di Provinsi Sumatra Selatan itu resmi menambahkan fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS), yang sempat diajukan pada pertengah 2023.
Dalam kesempatan yang sama; Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, CCS tersebut nantinya akan menggunakan fasilitas Blok Corridor, yang dioperatori oleh Medco.
Selain penambahan CCS, Benny mengatakan, revisi itu juga mengubah target produksi hingga tenggat Blok yang dioperasikan oleh Repsol.
"Dari sisi produksi ada juga beda sedikit, dari sebelumnya produksi sekitar 60 MMscfd [juta standar kaki kubik per hari] selama 12 tahun, tapi dia revisi menjadi naik, tetapi durasinya lebih pendek, jadi 80 MMscfd dengan waktu 8 tahun. Secara kumulatif hampir sama," ujar Benny.
Selain itu, Repsol juga merevisi total jumlah cadangan Lapangan Kaliberau Dalam (KBD) yang semula berada di 460 miliar standar kaki kubik (BSCF) menjadi 474 BSCF.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM terbaru, WK Blok Sakakemang sendiri menyimpan potensi cadangan gas sebesar 2 triliun kaki kubik (TCF). Blok migas ini juga termasuk dalam area giant discovery dan merupakan temuan cadangan gas terbesar keempat di dunia sepanjang 2018—2019 lalu.
Adapun, pemegang partisipasi Blok Sakakemang adalah Repsol sebanyak 45% sebagai operator, dan juga Petronas sebesar 45. Sisanya atau 10% dipegang oleh Mitsui Oil Exploration (Moeco).
(ibn/wdh)