Logo Bloomberg Technoz

Padahal, jumlah pencatatan saham dari initial public offering (IPO) sepanjang tahun ini banyak, bahkan memecahkan rekor IPO terbanyak sejak 1990. Ada 79 perusahaan tercatat baru sepanjang tahun ini.

Banyaknya jumlah perusahaan tercatat seharusnya mampu memberikan pilihan lebih banyak untuk para investor. Namun, rupanya tidak semua saham perusahaan tercatat baru likuid dan menarik.

Hal itu tercermin dari banyaknya saham pendatang baru yang harganya kembali di bawah harga IPO.

Infografis 10 Saham IPO Paling 'Cuan' (Asfahan/Bloomberg Technoz)

Dari 79 saham pendatang baru, 51 di antaranya memberikan return negatif. Dengan kata lain, 64% saham IPO sepanjang tahun ini membuat investor 'nyangkut'.

Hanya 28 saham yang memberikan return positif, bahkan sampai ada yang mencapai ribuan persen. Meski begitu, kenaikan ini bukan tanpa catatan, karena pelaku pasar menilai kenaikan ini di luar fundamental yang semestinya.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, return IHSG sepanjang tahun ini sejatinya terbantu oleh kenaikan dua bulan terakhir. Selama periode ini, IHSG menguat lebih dari 8%.

"Faktor suku bunga menjadi isu besar bagi pasar, selain isu perang dan perlambatan ekonomi," kata Alfred, dikutip Jumat (29/12/2023).

Sepanjang 2022, the Fed sudah menaikkan suku bunga 425 basis poin (bps). Kenaikan yang masif di tahun tersebut baru terasa secara riil pada tahun ini.

Sementara, sepanjang 2023, Fed Rate telah naik sebanyak 100 bps. "Namun, pasar optimistis era penurunan suku bunga acuan dimulai tahun depan, seiring membaiknya inflasi dan data ekonomi," imbuh Alfred.

Cuma memang, perang Israel dan Hamas masih menjadi faktor risiko untuk pasar tahun depan. Dari dalam negeri, pemilu 2024 menjadi faktor penentu gerak IHSG.

Alfred memasang target IHSG di level 7.500-7.700 yang artinya IHSG akan menmbus level all time high-nya di 7.377.

Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengamini IHSG sepanjang tahun ini memberikan kenaikan lebih baik dibanding 2022.

Namun, ia memberikan catatan untuk aktivitas transaksi yang menurun. Menurutnya, ada dua faktor yang menyebabkan penurunan RNTH.

"Pertama, investor asing banyak mengalihkan asetnya ke dolar AS demi mengantisipasi rate cuts the Fed di kuartal I-2024. Kedua, investor retail berkurang seiring pulihnya aktivotas ekonomi pasca pandemi covid-19," jelas Lionel.

"Untuk 2024, kami masih optimistis, tapi kemungkinan pemilu dua putaran terjadi sehingga membatasi daya dorong IHSG. Target konservatif IHSG di 7.600," sambung Lionel.  

(mfd/dhf)

No more pages