Logo Bloomberg Technoz

Special Research

Stimulus BI Malah Membuat Duit Nganggur di Bank Makin Menggunung

Ruisa Khoiriyah
26 July 2023 17:00

Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pertumbuhan kredit perbankan yang terus melambat terdampak pelemahan permintaan dari dunia usaha bisa menyeret pertumbuhan ekonomi domestik ke batas bawah.

Inisiatif pengucuran insentif oleh Bank Indonesia di tengah likuiditas perbankan yang melimpah dicemaskan hanya akan mendorong bank semakin malas dengan memarkir dana di pasar uang antar bank dan surat utang. Sebagai imbas, dampak ke sektor riil akan semakin kecil dan menyeret pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan kredit perbankan pada Juni tercatat semakin rendah di angka 7,76% dari capaian 9,39% pada bulan sebelumnya. Capaian Juni itu menjadi yang terendah dalam 15 bulan terakhir di mana penyaluran tertinggi dicetak oleh sektor jasa dunia usaha, jasa sosial dan pertambangan.

Sementara pertumbuhan kredit segmen UMKM melambat dari 7,61% menjadi 7,34% pada Juni. Pembiayaan syariah juga tumbuh melambat 17,09% dari 19,45% pada Mei lalu.

Rencana Bank Indonesia mengucurkan insentif likuiditas senilai Rp47,9 triliun melalui pengurangan giro di Bank Indonesia dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimum dalam rupiah, menjadi obat sementara saja yang dampaknya tidak akan signifikan di tengah likuiditas perbankan yang sudah membanjir saat ini. Pada Juni lalu, Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 26,73% menurut catatan bank sentral.