Diskusi ini menandai dialog bilateral pertama sejak bentrokan pecah pada 7 Desember lalu. Konflik bersenjata di sepanjang perbatasan sejauh 800 kilometer tersebut telah menewaskan setidaknya 44 orang dan memaksa lebih dari setengah juta warga sipil di kedua sisi untuk mengungsi. Sebelumnya, bentrokan selama lima hari pada bulan Juli lalu sempat berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata awal yang dimediasi oleh Malaysia dan Presiden AS Donald Trump.
Kedua belah pihak hingga kini membantah telah menargetkan warga sipil dan mengklaim bahwa mereka hanya menyerang target militer.
Di sisi lain, Otoritas Bantuan Korban dan Ranjau Kamboja (Cambodian Mine Action and Victim Assistance Authority) mengecam apa yang mereka sebut sebagai agresi militer dan kampanye misinformasi oleh Thailand, sebagaimana dilaporkan oleh Khmer Times.
Juru bicara pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri, sebelumnya menyampaikan kepada Bloomberg News bahwa Kamboja sempat meminta agar pertemuan tersebut diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh pihak Thailand.
Normalnya, kedua negara bergiliran menjadi tuan rumah pertemuan bilateral ini. Pertemuan GBC terakhir diadakan pada September lalu di Provinsi Koh Kong, Kamboja.
(bbn)

































