Sementara dari sisi domestik, distorsi perdagangan global berpotensi mendorong trade diversion, yakni masuknya produk dari negara lain ke pasar Indonesia dengan harga lebih agresif. Kondisi ini dinilai dapat memperberat tekanan impor, terutama bagi industri nasional yang struktur biayanya belum efisien.
"Tanpa respons kebijakan yang adaptif dan efektif, maka kondisi ini dapat melemahkan kinerja manufaktur dan memperbesar risiko deindustrialisasi dini," jelasnya.
Adapun jika negosiasi tarif AS baru rampung pada awal 2026, Rizal berpandang dampaknya terhadap neraca perdagangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sangat bergantung pada kualitas hasil kesepakatan. Dalam jangka pendek, ketidakpastian yang berkepanjangan berisiko menahan kinerja ekspor nonmigas dan memperkecil surplus perdagangan, terutama di tengah defisit migas yang masih bersifat struktural.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, dampaknya diperkirakan moderat secara agregat, namun signifikan pada sektor-sektor tertentu. Konsumsi domestik dinilai masih menjadi penopang utama, sementara kontribusi ekspor dan investasi berpotensi melemah pada awal 2026.
"Karena itu, strategi mitigasi melalui diversifikasi pasar ekspor, penguatan daya saing industri, dan stabilisasi ekspektasi pelaku usaha menjadi kunci agar ketidakpastian eksternal tidak bertransformasi menjadi perlambatan struktural ekonomi," tegasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan seluruh hasil kesepakatan negosiasi tarif dengan AS akan diumumkan dan rampung sebelum akhir Januari 2026.
Kepastian tersebut dilakukan usai pertemuan lanjutan Airlangga bersama pihak perwakilan dagang AS atau USTR Jamieson Greer di Kantor USTR, Washington pada Selasa (23/12/2025).
"Diharapkan sebelum akhir bulan Januari 2026 ini aka disiapkan dokumen untuk dapat ditandatangani secara resmi oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump," ujarnya dalam konferensi pers secara daring.
Airlangga mengeklaim kedua negara telah menyepakati seluruh hasil poin-poin negosiasi tarif sesuai dengan kerangka yang sebelumnya dilakukan dalam leaders declaration pada 22 Juli lalu.
Saat ini, kata dia, kedua negara tengah menyusun sejumlah persiapan dokumen teknis atau legal drafting yang ditargetkan akan selesai dalam waktu selama satu hingga dua pekan mendatang.
"Saat ini pihak Amerika sedang mengatur waktu yang tepat untuk rencana pertemuan antara kedua pemimpin tersebut," tutur Airlangga. "Perjanjian ini adalah perjanjian yang melanjutkan pada tanggal 22 Juli yang lalu kesepakatan antara kedua pemimpin dimana tarif Indonesia diturunkan dari 32% menjadi 19%."
(dhf)





























