Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan permintaan kredit terindikasi belum kuat dipengaruhi oleh perilaku menunggu dan mengamati atau wait and see dari pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta penurunan suku bunga kredit yang masih lambat.
"Peran kredit perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi perlu terus ditingkatkan," papar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (17/12/2025).
Berdasarkan data BI, kinerja kredit perbankan pada November 2025 tumbuh 7,74% secara tahunan (year-on-year/yoy), hanya naik tipis dibanding pertumbuhan pada bulan sebelumnya, yakni 7,36% (yoy).
Menurut Perry, minat penyaluran kredit perbankan umumnya masih baik, tercermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang semakin longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) akibat peningkatan risiko kredit pada kedua segmen tersebut.
"Kondisi ini memengaruhi pertumbuhan kredit UMKM November 2025 yang terkontraksi sebesar 0,64% (yoy)," kata Perry.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit 2025 berada pada batas bawah kisaran 8-11% (yoy) dan akan meningkat pada 2026.
Sementara dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank tetap memadai ditopang oleh rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang meningkat menjadi sebesar 29,67% dan DPK yang tumbuh sebesar 12,03% (yoy) pada November 2025.
Perkembangan ini turut didorong oleh ekspansi likuiditas moneter dan pelonggaran Kebijakan Insentif Makroprudensial (KLM) BI, serta ekspansi keuangan pemerintah, termasuk penempatan dana pemerintah pada beberapa bank besar.
(ell)





























