Logo Bloomberg Technoz

Tren kenaikan harga emas ditopang oleh ekspektasi terhadap arah kebijakan moneter, terutama di Amerika Serikat (AS). Pasar berharap bank sentral Federal Reserve bisa kembali melanjutkan siklus pelonggaran moneter tahun depan.

Asa ke arah sana datang dari rilis data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam. Pada November, inflasi inti (core) AS tercatat 2,6% secara year-on-year (yoy). Ini menjadi yang terendah sejak awal 2021.

Inflasi yang rendah bisa menjadi dasar bagi The Fed untuk kembali menurunkan suku bunga acuan.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan terasa lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Analisis Teknikal

Lantas bagaimana prediksi harga emas untuk minggu ini? Berapa saja target yang perlu dicermati pelaku pasar?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas nyaman di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 80.

RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Akan tetapi, RSI di atas 70 juga merupakan sinyal bahwa sudah jenuh beli (overbought).

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 41. Menghuni area jual (short) meski tidak terlampau kuat.

Sedangkan indikator Average True Range (ATR) 14 hari ada di 177. Menunjukkan bahwa volatilitas harga emas sepertinya akan tinggi.

Untuk perdagangan minggu ini, harga emas berisiko turun. Cermati pivot point di US$ 4.328/troy ons.

Dari situ, harga emas kemungkinan bisa menguji support US$ 4.284/troy ons yang menjadi Moving Average (MA) 5. Support lanjutan ada di MA-10 yakni US$ 4.168/troy ons,

Namun kalau masih kuat naik, maka harga emas berpotensi mengetes resisten US$ 4.348/troy ons. Resisten berikutnya ada di rentang US$ 4.367-4.408/troy ons.

Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di US$ 4.494/troy ons.

(aji)

No more pages