Salah satu penyebab kejatuhan harga batu bara adalah kesadaran akan kelestarian lingkungan yang makin tinggi. Batu bara kian sulit mendapat tempat, tergusur oleh penggunaan energi baru-terbarukan yang masif.
Di China, misalnya. Negara konsumen batu bara terbesar di dunia ini makin getol dalam penggunaan energi bersih.
Berdasarkan laporan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), emisi karbon dioksida pada Januari-Juli turun 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tambahan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari membuat emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara turun sekitar 3%.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana ‘ramalan’ harga batu bara untuk hari ini? Apakah bisa naik 4 hari beruntun?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih terjebak di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 44. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Akan tetapi, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 0. Paling rendah, tandanya sudah sangat jenuh jual (oversold).
Untuk perdagangan hari ini, harga batu bara sejatinya berpeluang naik. Target resisten terdekat adalah US$ 113/ton. Jika tertembus, maka harga batu bara bisa naik ke rentang US$ 114-116/ton.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 109/ton. Penembusan di titik ini berisiko melongsorkan harga batu bara ke level US$ 106-103/ton.
(aji)
































