Logo Bloomberg Technoz

Edukasi Pasar Modal

Pasar Modal 48 Tahun: Pilar Ekonomi Mandiri dan Inklusif


Ilustrasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia. (Bloomberg)
Ilustrasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia. (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Empat puluh delapan tahun sejak diaktifkan kembali, pasar modal Indonesia berkembang menjadi salah satu fondasi utama perekonomian nasional. Pencapaiannya tidak hanya terlihat dari catatan rekor angka perdagangan, tetapi juga dari semakin luasnya akses edukasi, keterlibatan masyarakat, serta kontribusi nyata bagi terwujudnya ekonomi yang mandiri, berdaulat, dan maju.

Tahun 2025 menjadi momentum penting dengan sederet capaian historis. Kapitalisasi pasar saham menembus Rp14.315 triliun per 14 Agustus 2025, didukung rata-rata transaksi harian Rp13,56 triliun, volume 22 miliar lembar saham, dan frekuensi 1,29 juta kali. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencetak rekor tertinggi di level 7.931,251. Dengan capaian itu, pasar modal Indonesia kini berada di peringkat 17 dunia berdasarkan kapitalisasi dan posisi kedua di ASEAN dari sisi jumlah emiten. Kinerja gemilang ini mencerminkan kuatnya kepercayaan investor meski ekonomi global berfluktuasi.

Tidak hanya di pasar saham, instrumen derivatif juga menorehkan sejarah dengan lonjakan volume transaksi hingga 9.214 kontrak, naik 404% dibanding akhir 2024. Hal ini menunjukkan minat investor pada instrumen lindung nilai dan strategi perdagangan yang lebih beragam semakin meningkat.

Dalam rangka HUT ke-48 pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama tiga Self-Regulatory Organization (SRO)—BEI, KPEI, dan KSEI—mengusung tema “Mewujudkan Ekonomi Mandiri, Berdaulat, dan Maju Bersama.” Seremoni pembukaan perdagangan di Main Hall BEI disertai peluncuran berbagai inisiatif strategis, termasuk lisensi perdana Liquidity Provider Saham untuk PT Phintraco Sekuritas. Kehadiran liquidity provider diharapkan mempersempit bid-ask spread serta meningkatkan likuiditas saham berkapitalisasi kecil.

BEI juga memperluas layanan Pinjam Meminjam Efek (PME) dengan melibatkan efek reksa dana, sehingga mendukung aktivitas short selling, margin trading, hingga hedging, sekaligus memberi peluang pendapatan tambahan bagi pemegang efek.

Peringatan tahun ini tak hanya menyoroti inovasi perdagangan, tetapi juga aspek edukasi dan sosial. Program seperti Sekolah Rakyat, Edukasi 30.000 Mahasiswa, hingga Kampus Penggerak Literasi Pasar Modal dijalankan untuk memperluas inklusi. Bagi generasi muda, diadakan Virtual Trading Competition melalui IDX Mobile, sedangkan Capital Market Run menjadi cara kreatif memperkenalkan pasar modal ke publik.

Rangkaian kegiatan tahunan lainnya meliputi SEPMT, Capital Market Summit & Expo (CMSE), Public Expose Live, kompetisi jurnalistik, fotografi, hingga CEO Networking. Selain itu, SRO mengalokasikan Rp2,4 miliar untuk program sosial, meliputi pembangunan kesehatan, penanganan stunting, bantuan pendidikan, dan donor darah.

Sepanjang 2025, BEI menghadirkan sederet inovasi, mulai dari perdagangan karbon internasional, Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA), SPPA Repo, Put Warrant, hingga perluasan underlying Single Stock Futures (SSF). Dari sisi pencatatan, terdapat tambahan 22 saham, 116 obligasi, 2 ETF, dan 288 seri Structured Warrant. Hingga 8 Agustus 2025, jumlah emiten mencapai 954 dengan total dana IPO Rp10,39 triliun. Jumlah investor pun meningkat menjadi 17,59 juta, dengan 7,5 juta di antaranya investor saham.

KPEI mencatat efisiensi kliring 61% dan nilai transaksi PME Rp29,57 miliar, serta Triparty Repo Rp503,93 miliar. Di segmen DNDF, nilai transaksi mencapai US$1,7 miliar. Sementara itu, KSEI terus mengembangkan layanan, termasuk CORES.KSEI, S-MULTIVEST, dan K-CASH, serta memperluas kerja sama internasional. Nilai aset tercatat di C-BEST mencapai Rp8.927 triliun, sementara AUM di S-INVEST Rp836,87 triliun.

Dengan 4.727 aksi korporasi senilai Rp407 triliun yang berhasil diproses sepanjang 2025, peran KSEI semakin vital. Meski investor masih terkonsentrasi di Jawa, pertumbuhan signifikan di Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara menandakan potensi pemerataan pasar modal di seluruh Indonesia.

Dari berbagai capaian ini, jelas terlihat pasar modal Indonesia tidak hanya menjadi sarana investasi, tetapi juga penggerak literasi keuangan, pemberdayaan masyarakat, serta akselerator pembangunan nasional. Melalui inovasi, ekspansi layanan, peningkatan literasi, dan komitmen sosial, pasar modal semakin mengukuhkan perannya dalam perjalanan menuju ekonomi Indonesia yang mandiri, berdaulat, dan berdaya saing global.